Saat Sayyidina Husein Diundang Makan Orang Tak Mampu
NU Online ยท Sabtu, 25 Februari 2023 | 11:00 WIB
Muhammad Afiq Zahara
Kolomnis
Dalam kitab Al-Jรขmiโ li Ahkรขmil Qurโรขn, atau lebih dikenal dengan Tafsรฎr Al-Qurthubรฎ, Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubi mencatat riwayat tentang Sayyidina Husein bin Ali dan orang-orang kurang mampu yang mengundangnya makan. Berikut ini riwayatnya:
ย
ูุนู ุงูุญุณูู ุจู ุนูู ุฃูู ู
ุฑ ุจู
ุณุงููู ูุฏ ูุฏู
ูุง ูุณุฑุง ุจูููู
ููู
ูุฃูููู ููุงููุง: ุงูุบุฐุงุก ูุง ุฃุจุง ุนุจุฏ ุงูููุ ููุฒู ูุฌูุณ ู
ุนูู
. ููุงู: ุฅูู ูุง ูุญุจ ุงูู
ุณุชูุจุฑูู. ููู
ุง ูุฑุบ ูุงู: ูุฏ ุฃุฌุจุชูู
ูุฃุฌูุจูููุ ููุงู
ูุง ู
ุนู ุฅูู ู
ูุฒูู ูุฃุทุนู
ูู
ูุณูุงูู
ูุฃุนุทุงูู
ูุงูุตุฑููุง
ย
Artinya, โDari Al-Husein bin Ali radiyallahu โanhu, ia melintasi orang-orang miskin yang (tengah) beristirahat dan mereka sedang makan. Mereka berkata: โMakan, wahai Abu Abdillah.โ
Kemudian Sayyidinaย Husein turun dari kendaraannyaย dan duduk bersama mereka. Ia berkata (menyitir surat An-Nahl ayatย 23): โInnahu lรข yuhibbul mustakbirรฎnโ,ย (sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong).โย
ย
Setelah selesai makan, Sayyidinaย Husein berkata: โSungguh aku telah memenuhi undangan makan kalian, maka penuhilahย pula undanganku.โย Mereka pun beranjak bersama Sayyidinaย Husein menuju tempat tinggalnya, kemudian ia memberi mereka makan, menghidangkan minuman, dan memberi hadiah kepadaย mereka. Setelah ituย mereka pergi meninggalkan rumahnya. (Imam Abu Abdillah Muhammad Al-Qurthubi, Al-Jรขmiโ li Ahkรขmil Qurโรขn, [Kairo, Darul Kutub Al-Mishriyah: 1964], juz X, halaman 95).ย
ย
Apa yang dilakukan Sayyidina Husein merupakan bentuk tafsir Al-Qurโan bilย fiโli, yaitu tafsir yang direalisasikan dalam bentuk tindakan. Tafsir yang masuk pada wilayah operasional.
ย
Untuk lebih jelas mari kita uraikan bersama.
ย
Manusia seringkali tidak sadar bahwa dirinya โsedangโ sombong. Jika pun sadar, ia mengabaikan kesadarannya dan memilih untuk tetap sombong. Motifnya beragam. Bisa karena ingin dipuji, dipandang tinggi, merasa lebih baik dari orang lain, menutupi kelemahan, atau kadang tanpa motif sama sekali, sekedar melakukannya saja. Yang tanpa motif ini, biasanya tidak sadar bahwa dirinya โsedangโ sombong.
ย
Untuk menghilangโโโโโโkan kesombongan, manusia butuh pengingat, dan pengingat itu adalah Al-Qurโan. Dalam al-Qurโan jelas dikatakan bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong atau menyombongkan diri.
ย
Pertanyaanya, orang sombong itu bagaimana? Dalam riwayat Al-Bukhariย danย Muslim, Rasulullah shallallahu โalaihi wasallam bersabda:
ย
Baca Juga
Menyelami Samudera Sayyidina Husein
ุงููููุจูุฑู ุจูุทูุฑู ุงููุญูููู ููุบูู
ูุทู ุงููููุงุณู
ย
Artinya: โKesombongan adalah menolak kebenaran dan memandang rendah manusia.โ (Ibnu Rajab Al-Hanbali, Jรขmiโul โUlรปm walย Hikam fรฎ Syarh Khamsรฎna Hadรฎtsan min Jawรขmiโilย Kalim, [Kairo, Darus Salam: 2004], juz III, halaman 989-990).ย
ย
Salah satu bentuk โmenolak kebenaranโ adalah menampakkan kesombongan dengan maksud menutupi kelemahan, atau mengunggulkan diri sendiri meski sebenarnya tidak sesuai kenyataan. Sedangkan โmemandang rendah manusiaโ bisa dengan menganggap mereka tidak layak menerima penghormatan atau semacamnya, seperti menghinakan dan merendahkannya.ย
ย
Menurut Ibnu Rajab memperlakukan seseorang dengan kejujuran dan rasa hormat merupakan hak seorang muslim (min haqqil muslim), dan haram merendahkannya (tahrรฎm ihtiqรขrihi). (Al-Hanbali, Jรขmiโul โUlรปm, juz III, halaman 990).ย
ย
Dalam kisah di atas, Sayyidina Husein mempersembahkan kerendahan hati yang luar biasa. Ia tidak segan untuk turun dari kendaraannya dan menyambut undangan makan dari orang-orang tak mampu. Kejadian ini bukan sesuatu yang direncanakan, terjadi begitu saja. Artinya, para pengundang makan tidak menyajikan hidangan yang pantas dan mewah, hanya makanan ala kadarnya. Sayyidina Husein langsung menyambut undangan tersebut dan makan bersama mereka.
ย
Sebelum menyantap makanannya, ia menyitir ayat 23 dari surat An-Nahl: โInnahu lรข yuhibbul mustakbirรฎnโ,ย (sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong). Sayyidina Husein melakukannya bukan untuk pamer amal, tapi sebagai pengingat bahwa tidak seorangpun di dunia ini yang memiliki hak berlaku sombong, termasuk dirinya. Ia takut masuk dalam golongan yang tidak disukai Allah, yaitu mustakbirรฎn (orang-orang yang sombong).
ย
Karena itu, setelah selesai makan, ia mengundang orang-orang tersebut datang ke rumahnya dengan mengatakan, โSungguh aku telah memenuhi (undangan makan) kalian, maka penuhilah (pula undangan)ku.โ Mereka pun memenuhi undangan Sayyidina Husein dan datang ke rumahnya. Sayyidina Husein menjamu mereka dengan penghormatan, memberi mereka makanan, minuman dan hadiah.ย
ย
Dengan kata lain, Sayyidina Husein sedang menghindari batharul haqqi (menolak kebenaran) dan ghamtun nรขsi (merendahkan manusia). Ia menyadari bahwa peluang sombong (takabbur) selalu terbuka dan bisa terjadi kepada siapapun juga. Karena itu, ia mengundang dan menjamu mereka dengan penghormatan penuh. Hal ini menunjukkan penggabungan antara kesadaran Qurโani dan kasih sayang diri.
ย
Kisah ini masuk dalam beberapa kitab tafsir dengan ragam redaksi dan detail. Kisah di atas diambil dari Tafsir Al-Qurthubi. Imam Al-Qurthubi memasukkan kisah tersebut untuk menafsirkan surat An-Nahl ayat 23: โInnahu lรข yuhibbul mustakbirรฎnโ,ย (sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong).ย
ย
Artinya, Sayyidina Husein menampilkan tafsir dalam wilayah praksis. Perilakunya dijadikan sebagai salah satu sumber penafsiran. Mencontohkan sebuah cara agar tidak menjadi bagian dari mustakbirin (orang-orang yang sombong), dan memberi teladan agar bisa terhindar dari kesombongan.
ย
Karena kebanyakan dari kita, tidak sadar ketika sedang sombong. Di sinilah keteladan perilaku menjadi penting. Salah satunya melalui media kisah.
ย
Dengan membaca kisah ini, semoga kesadaran kita bertambah, dan kita mulai bisa memahami kesombongan kita, dan berusaha menjauhinya. Karena al-kibr (kesombongan) adalah dosa yang cukup besar pengaruhnya kepada kita, sampai para ulama mengatakan:
ููู ุฐูุจ ูู
ูู ุงูุชุณุชุฑ ู
ูู ูุฅุฎูุงุคู ุฅูุง ุงููุจุฑุ ูุฅูู ูุณู ููุฒู
ู ุงูุฅุนูุงูุ ููู ุฃุตู ุงูุนุตูุงู ููู
ย
Artinya: โSetiap dosa dapat ditutup-tutupi atau disembunyikan kecuali (dosa) sombong. Karena ia dalahย kefasikanย yang pasti dilakukan secara terang-terangan, dan ia adalah akar dari maksiat seluruhnya.โ (Abu Abdillah Muhammad Al-Qurthubi, Al-Jรขmiโ li Ahkรขmilย Qurโรขn, juz X, halaman 95).ย
ย
Setiap dosa ada kemungkinan bisa ditutup-tutupi, tapi tidak dengan dosa sombong karena butuh โditampakkanโ. Perilaku sombong selalu terkait dengan apa yang disombongkan. Suatu perilaku yang harus dilakukan secara terang-terangan karena butuh dilihat atau dirasakan orang lain. Karena itu, kesombongan dianggap sebagai salah satu akar dari maksiat. Efeknya bisa ke mana-mana. Dari sombong bisa mengarah ke hasud karena tidak rela ada orang yang lebih darinya. Bisa mengarah ke bohong karena berusaha menggunggulkan dirinya. Bisa pula mengarah ke dosa-dosa lainnya.
ย
Karenโโโโโโโa itu, kisah Sayyidina Husein di atas harus kita jadikan sebagai teladan. Menyerap hikmahnya dan mengamalkan tafsirnya. Memang tidak mudah, tapi apa salahnya kita mulai mencoba. Bukankah demikian?ย Wallahu aโlam bisย shawwab.
Ustadz Muhammad Afiq Zahara, alumni Pondok Pesantren Darussaโadah, Bulus, Kritig, Petanahan, Kebumen.
ย
Terpopuler
1
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
2
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
3
PBNU Buka Suara Atas Tudingan Terima Aliran Dana dari Perusahaan Tambang di Raja Ampat
4
Fadli Zon Didesak Minta Maaf Karena Sebut Peristiwa Pemerkosaan Massal Mei 1998 Hanya Rumor
5
Israel Serang Militer dan Nuklir Iran, Ketum PBNU: Ada Kegagalan Sistem Tata Internasional
6
Presiden Pezeshkian: Iran akan Membuat Israel Menyesali Kebodohannya
Terkini
Lihat Semua