Tasawuf/Akhlak

Tips Imam Al-Ghazali untuk Orang yang Sulit Hentikan Maksiat

Rab, 30 Desember 2020 | 12:15 WIB

Tips Imam Al-Ghazali untuk Orang yang Sulit Hentikan Maksiat

Imam Al-Ghazali mengajak orang yang tidak juga berhenti dari maksiat untuk membayangkan pada setiap kali berbuat maksiat sebuah batu dilemparkan ke rumahnya. Bukankah dalam waktu singkat saja rumah itu akan penuh oleh batu?

Imam Al-Ghazali menawarkan tips bagi seseorang yang menyadari perbuatan maksiatnya. Ia memberikan jalan kepada orang sering kali tidak berdaya untuk melepaskan diri dari maksiat sehingga ia terus mengulang perbuatan maksiatnya.


Imam Al-Ghazali menganjurkan setiap orang untuk melakukan muhasabah atau introspeksi diri. Ia berpesan kepada terutama orang  terlebih orang yang berat atau mengalami kesulitan untuk berhenti dari perbuatan maksiatnya agar tidak berhenti melakukan muhasabah atau introspeksi diri.


Menurut Imam Al-Ghazali, muhasabah atau introspeksi diri adalah langkah awal dan terus menerus yang harus dilakukan. Muhasabah atau introspeksi diri perlu ditingkatkan oleh orang yang tidak jera dari perbuatan maksiat meski berkeinginan untuk berhenti.


Bagi mereka yang ingin berhenti dari perbuatan maksiat tetapi terus terjerembab dalam kubangan dosa yang sama, Imam Al-Ghazali menganjurkan agar mereka meningkatkan dan menjaga muhasabah atau introspeksi diri.


مهما حاسب نفسه فلم تسلم عن مقارفه معصية وارتكاب تقصير في حق الله تعالى فلا ينبغى أن يهملها فإنه أن اهملها سهل عليه مقارفة المعاصي وأنست بها نفسه وعسر عليه فطامها وكان ذلك بسبب هلاكها


Artinya, “Setiap kali selesai bermuhasabah atau berintrospeksi diri, dan dirinya tidak juga selamat dari perbuatan maksiat serta pelanggaran kelalaian pada hak Allah, maka ia seyogianya tidak melepas liar dirinya. Jika ia membiarlepaskan dirinya, niscaya ia akan semakin ringan dalam bermaksiat; dirinya merasa nyaman dengan kemaksiatan; dan ia makin sulit meninggalkannya. Itu juga yang menjadi sebab kebinasaannya,” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M], juz IV, halaman 420).


Imam Al-Ghazali menganjurkan mereka untuk melakukan muhasabah atau introspeksi diri setiap waktu, bahkan setiap tarikan nafas, serta setiap kali perbuatan maksiat lahir dan batinnya dilakukan. (Imam Al-Ghazali, 2018 M: IV/420).


Imam Al-Ghazali mengajak orang yang tidak juga berhenti dari maksiat untuk membayangkan pada setiap kali berbuat maksiat sebuah batu dilemparkan ke rumahnya. Bukankah dalam waktu singkat saja rumah itu akan penuh oleh batu? Tetapi banyak orang yang terus menerus mengulangi perbuatan maksiatnya memandang remeh maksiat. Sedangkan kedua malaikat pencatat amal tidak pernah akan lalai.


أَحْصَاهُ اللَّهُ وَنَسُوهُ ۚ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ


Artinya, “Allah mencatat amal perbuatan itu, sedangkan mereka telah melupakannya. Allah maha menyaksikan segala sesuatu,” (Surat Al-Mujadilah ayat 6).


Bagi mereka yang ingin berhenti dari perbuatan maksiat tetapi tidak berdaya untuk menghentikan perbuatan maksiatnya, Imam Al-Ghazali menganjurkan agar mereka menghukum dirinya.


Jika mengonsumsi sesuap makanan syubhat, kata Imam Al-Ghazali, mereka harus menghukumnya dengan lapar dalam jangka waktu tertentu. Jika sempat memandang lawan jenis yang bukan mahram, maka mereka dapat menutup sementara waktu matanya sebagai bentuk sanksi. Demikian juga berlaku pemberian sanksi bagi anggota tubuh lainnya.


Imam Al-Ghazali menawarkan tips ini bagi mereka yang sulit berhenti dari perbuatan maksiatnya. Demikian, kata Imam Al-Ghazali, jalan yang ditempuh orang-orang saleh terdahulu yang menaruh perhatian pada kehidupan akhiratnya. (Imam Al-Ghazali, 2018 M: IV/421). Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)