Hikmah

Ketika Rumah Habib Abdullah bin Umar Bersinar karena Al-Qur’an

Kam, 4 Januari 2018 | 18:40 WIB

Ketika Rumah Habib Abdullah bin Umar Bersinar karena Al-Qur’an

Habib Abdullah bin Umar tak hanya memberi nasihat tapi juga contoh.

Zaman sahabat Nabi, menurut al-Iraqi, jumlah orang yang mempunyai nama Abdullah lebih dari 300 orang. Di antara mereka ada tujuh nama Abdullah yang masyhur yaitu Abdullah Ibn Abbas, Abdullah Ibnu Umar, Abdullah Ibn Mas'ud, Abdullah Ibn Rawahah, Abdullah Ibnu Salam, Abdullah Ibn 'Amr al-'As, dan Abdullah Ibn Abi Awfa. 
 
Kisah tujuh orang hebat bernama Abdullah dalam satu kurun waktu sebagaimana masa sahabat kembali terulang suatu ketika di negara Yaman. Waktu itu, di Yaman, ada orang tujuh orang yang bernama Abdullah juga, dan semuanya menjadi wali masyhur. Dua di antara mereka adalah Habib Abdullah bin Husain bin Thahir (penulis kitab Sullamut Taufiq) dan Habib Abdullah bin Umar bin Yahya.

 

Dalam Majmu' Kalam Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi (belum dicetak masal) dikisahkan, dua Abdullah yang sama-sama wali tersebut pernah berbincang-bincang dalam sebuah pertemuan. Habib Abdullah bin Husain bin Thahir yang tidak lain adalah penulis kitab Sullamut Taufiq bertanya kepada Habib Abdullah bin Umar yang tempat tinggalnya di kota al-Maseelah, Yaman.

 

“Wahai Habib, saya lihat rumah anda terlihat lebih tinggi (secara pandangan batin) dari rumah orang-orang sekota al-Maseelah. Yang aneh, di antara ruangan-ruangan yang ada dari rumah anda itu, dari yang semuanya tampak bersinar, mengapa di bagian ruang tamu, sinarnya tampak lebih terang daripada ruangan-ruangan yang lain. Apa rahasianya?” tanya Habib Abdullah bin Husain bin Thahir kepada Habib Abdullah bin Umar.

 

Habib Abdullah bin Umar kemudian menjawab, “Begini, ya Sidi. Sewaktu saya selesai membangun rumah, sebelum saya menempatinya, saya bacakan Al-Qur’an satu kali khataman pada setiap ruangannya yang semuanya aku selesaikan dalam keadaan berdiri shalat kecuali bagian ruang tamu. Adapun ruang tamu, saya membacakannya sebanyak 40 kali khataman dan semuanya juga saya lakukan dalam keadaan berdiri shalat.”

 

Ternyata hal tersebut yang menjadikan rumah Habib Abdullah bin Umar tampak bersinar di mata Habib Abdullah bin Husain bin Thahir walaupun sinarnya tidak mudah dipandangan oleh mata awam. Keistimewaan itu, tidak lain karena sababiyah barakahnya bacaan Al-Qur’an.

 

Pancaran cahaya rumah Habib Abdullah bin Umar tersebut tentu menambah deretan bukti kebenaran sabda Nabi Muhammad :

 

الْبَيْتُ الَّذِي يُقْرَأُ فِيهِ الْقُرْآنُ يَتَرَائى لِأَهْلِ السَّمَاءِ، كَمَا تَتَرَائَى النُّجُومُ لِأَهْلِ الْأَرْضِ

 

Artinya: “Rumah yang dibacakan Al-Qur’an dapat dilihat oleh para malaikat sebagaimana penduduk bumi melihat bintang-bintang di langit.” (Syu’abul Iman: 1829)

 

 

Oleh karena itu, kita perlu membiasakan diri melakukan shalat, berdzikir dan membaca Al-Qur’an di rumah. Rumah-rumah kita perlu diisi dengan kebaikan-kebaikan. Jangan semua kebaikan dilaksanakan di luar rumah, namun ketika masuk rumah hanya diisi nonton tv, membahas dunia, pertengkaran, dan lain sebagainya. Hal ini penting supaya rumah itu menjadi rumah orang yang hidup. Rumah yang tidak pernah digunakan untuk shalat, dzikir, membaca Al-Qur’an disamakan seperti kuburan karena masing-masing dianggap sudah tidak ada aktivitasnya sama sekali.

 

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radliyallahu anh, Rasulullah bersabda:

 

لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ، إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ

 

Artinya: “Jangan kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan. Sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang dibacakan Surat al-Baqarah” (Shahih Muslim: 212).

 

 

Muhammad Ali bin Muhammad bin Alan bin Ibrahim al-Bakri as-Syafi’i dalam kitabnya Dalilul Falihin, Syarah Riyadhul Shalihin menjelaskan hadits di atas sebagai berikut:

 

(وعن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله: قال لا تجعلوا بيوتكم مقابر) جمع مقبرة: أي لا تكن بيوتكم مثلها في عدم اشتغال من فيها من الموتى بنحو الصلاة والقراءة، ولا تكونوا كالموتى في ترك ذلك

 

Artinya: Dan dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anh, sesungguhnya Rasulullah bersabda ‘Jangan kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan.’. Maksudnya, jangan kamu jadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan dengan maksud tidak ada aktivitas sama sekali di sana, Karena penghuninya semua orang yang sudah meninggal seperti tidak bisa melakukan shalat dan membaca bacaan. Dan jangan sampai kalian seperti orang yang sudah meninggal dalam arti meninggalkan itu semua.

 

Hari ini, kita kebanjiran mauidzoh hasanah (nasihat baik), tapi kita kekurangan uswah hasanah (contoh baik). Habib Abdullah bin Umar memberikan contoh yang sangat tepat. Ia gunakan rumahnya untuk shalat dan membaca Al-Qur’an sebanyak-banyaknya sehingga rumahnya benar-benar menjadi rumahnya orang yang hidup. Dengan kehidupan sisi hakikat tersebut, rumahnya terlihat oleh para malaikat yang melihat ke bumi laksana kita melihat bintang di langit. Wallahu a’lam.

 

 

 

Ustadz Ahmad Mundzir, pengajar di Pesantren Raudhatul Qur’an an-Nasimiyyah, Semarang