Ramadhan

Kultum Ramadhan: War Takjil Kaum Nonis, Bangun Keharmonisan di Tengah Keragaman

Sen, 25 Maret 2024 | 16:00 WIB

Kultum Ramadhan: War Takjil Kaum Nonis, Bangun Keharmonisan di Tengah Keragaman

Ilustrasi kultum Ramadhan tentang war takjil kaum nonis, bangun kebersamaan di tengah keragaman. (NU Online).

Ramadhan tahun ini menghadirkan fenomena baru yang menarik, yaitu  tren "war takjil lintas agama". Tradisi berburu takjil di pasar, jalanan, dan toko makanan kini tak hanya menjadi milik umat Muslim yang sedang berpuasa, tetapi juga diramaikan oleh warga dari berbagai agama. Fenomena ini menjadi angin segar bagi toleransi dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia.
 

Di berbagai daerah, terlihat antusiasme Nonis [sebutan untuk warga Non Muslim] dalam berburu takjil bersama. Mereka dengan antusias sore hari berburu makanan dan minuman untuk menu berbuka puasa, bahkan tak jarang ikut mencicipi hidangan takjil yang beragam. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan agama tidak menjadi halangan untuk saling berbagi dan menjalin kebersamaan.
 

Momen indah ini merupakan refleksi dari nilai-nilai luhur bangsa yang perlu terus dilestarikan. Toleransi, kerukunan, dan persaudaraan antarumat beragama merupakan fondasi penting bagi terciptanya kehidupan yang damai dan harmonis di Indonesia. Bulan Ramadhan menjadi momentum untuk memperkuat nilai-nilai tersebut, dan menjadikannya pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
 

Fenomena war takjil lintas agama menjadi bukti nyata bahwa toleransi dan kerukunan masih tertanam kuat di masyarakat Indonesia. Di tengah berbagai perbedaan, masyarakat mampu bersatu dan saling menghormati dalam momen Ramadhan yang penuh berkah ini.

 

Al-Quran mengajarkan pentingnya hidup berdampingan secara damai dengan penganut agama lain. Allah berfirman dalam surat Al-Mumtahanah ayat 8, umat Islam diperintahkan untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang Non Muslim.  
 

لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ
 

Artinya, "Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil." (QS Al-Mumtahanah: 8).
 

Lewat ayat ini Allah tidak melarang seorang muslim untuk bersikap adil dan bermuamalah dengan orang Non Muslim. Sebaliknya, Islam mendorong untuk menjalani kehidupan sosial yang baik dan berlaku adil terhadap semua orang, terlepas dari keyakinan agama yang dianut.  Islam menekankan pentingnya bekerja sama dalam kehidupan yang memang membutuhkan kolaborasi demi terwujudnya kehidupan yang harmonis dan sejahtera.
 

Berbuat baik dan berlaku adil kepada Non Muslim, ditirukan langsung oleh Nabi Muhammad saw. Dalam riwayat, Nabi saw senantiasa berbuat baik kepada tetangga, bahkan kepada tetangganya yang non-Muslim. Beliau selalu menyapa mereka dengan ramah, membantu mereka yang membutuhkan, dan terkadang bermuamalah dengan kaum non muslim. Sebagaimana dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari berikut:
 

حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ اشْتَرَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ يَهُودِيٍّ طَعَامًا بِنَسِيئَةٍ وَرَهَنَهُ دِرْعَهُ
 

Artinya, "Telah menceritakan kepada kami Yusuf bin Isa, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'mash dari Ibrahim dari Al-Aswad dari Aisyah radhiyallahu anha, beliau berkata:
 

"Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah membeli makanan dari seorang Yahudi dengan pembayaran angsuran dan beliau menggadaikan baju besinya." (HR Al-Bukhari).
 

Keindahan war takjil terletak pada toleransi yang terjalin. Kita melihat orang-orang dari berbagai latar belakang saling membantu, berbagi, dan menikmati hidangan bersama. Hal ini menjadi bukti bahwa perbedaan tidak menjadi halangan untuk bersatu dan menjalin hubungan baik.
 

War takjil merupakan tren positif yang patut diapresiasi. Semangat kebersamaan dan toleransi yang terjalin menjadi pengingat bahwa perbedaan bukanlah halangan untuk bersatu dan membangun bangsa yang lebih harmonis. Wallahu a'lam.

 

Ustadz Zainuddin Lubis, Pegiat Kajian Islam, tinggal di Ciputat.