Saat Abu Hanifah Hijrah dari Dunia Pasar Menuju Halaqah Intelektual
NU Online ยท Senin, 27 Desember 2021 | 17:00 WIB
Ahmad Dirgahayu Hidayat
Kolomnis
โSejak awal remaja, Abu Hanifah sudah mendedikasikan hidupnya agar menjadi seorang pebisnis ulung seperti ayahnyaโ. Statemen ini disampaikan oleh Syekh Wahbah bin Musthofa Az-Zuhayli dalam bukunya yang berjudul Tarikh al-Madzahib al-Islamiyah (juz 2, hal. 132).
Dari kalimat pendek ini, ia berusaha menjelaskan bagaimana kegetolan Abu Hanifah terhadap dunia pasar dan impiannya sebagai entrepreneur sukses yang jujur lagi amanah.
Puncaknya, ia pun berhasil mewujudkan mimpinya itu. Abu Hanifah tak hanya mewarisi keilmuan dan kebijaksanaan Nabi, tapi juga jiwa bisnisnya yang luhur. Ada sekian banyak cerita ihwal kejujuran dan prinsip bisnis Abu Hanifah. Salah satunya adalah keharusan memberi tahu pembeli bila terdapat aib pada barang yang hendak dijualnya. Nyaris tak ditemukan komoditas beraib yang laku terjual kecuali antara dirinya dan pembeli menyetujui kekurangan pada barang tersebut. Kalau memang ada, pasti bukan Abu Hanifah pelakunya.
Seperti yang diceritakan dalam tulisan yang lalu saat ia meminta partner bisnisnya, Hafsh untuk menjualkan suatu baju beraib milik Abu Hanifah. Itu pun, setelah diketahui, semua hasil penjualannya langsung disedekahkan. Indah sekali prinsip bisnis putra Tsabit ini.
Bukti keluhuran jejak bisnis imam Nuโman ini terekam rapi menghiasi buku-buku sejarah mazhab fiqih, walau mungkin tak semua. Dorongan para ulama dan peneliti untuk melakukan semua itu, tentu setelah melihat background Abu Hanifah sebagai seorang ulama. Sebab, ia lebih tenar sebagai seorang alim, pendiri mazhab fiqih daripada seorang pebisnis ulung.
Setelah mengenal Abu Hanifah yang pernah bergelut di dunia pasar, pertanyaanya, bagaimana kisah hijrah Abu Hanifah dari dunia pasar menuju halaqah intelektual? Sejak kapan mulai menjauhi pasar dan mendekati para ulama? Apa dan siapa motif dari perubahan ini?
Pertemuan Abu Hanifah dan Imam As-Syaโbi
Syekh Abu Zahroh dalam Tarikh al-Madzahib al-Islamiyah (masih di juz dan halaman yang sama), menceritakan kisah pertemuan Abu Hanifah dengan imam as-Syaโbi, seorang ulama besar pakar hadist dari kalangan tabiin. Nama lengkapnya adalah Abu Amr Amir bin Syurahil al-Hamiri as-Syaโbi. Ia lahir di kota Kufah pada tahun 19 H, wafat dan dikebumikan di kota yang sama pada 103 H, dalam hitungan usia yang cukup senja, 84 tahun.
Pertemuan berkah inilah yang mengubah jalan hidup Abu Hanifah. Dan, sejak itu pula ia bertekad banting setir dari dunia pasar ke dunia para pelajar. Lumayan ampuh juga nasehat sang muhaddist kenamaan itu. Sebab, mampu memikat Abu Hanifah untuk keluar dari kenikmatan dunia pasarnya dan memulai perjuangan baru di jalur intelektual.
Singkat kisah, suatu hari di tengah perjalanan menuju pasar, Abu Hanifah dipanggil oleh seorang berpakaian serba putih, bersurban rapi, tampak sangat berwibawa. Ternyata, dialah yang tenar disapa imam as-Syaโbi di Kufah.
Waktu itu, laki-laki berjenggot putih tersebut sedang duduk di tempat yang agak jauh dari jalan yang biasa dilalui Abu Hanifah. Tampaknya, ia memang sengaja menunggu putra sang saudagar sutra itu di sana.
Melihat Nuโman menuju pasar, ia pun memanggil dan bertanya:
ุฅูู ู
ู ุชุฎุชููุ
Artinya, โAnak muda, kau akan pergi ke mana?,โ tanyanya santun bersahaja.
Nuโman remaja menjawab, Akhtalifu ila as-suq, โAku hendak pergi ke pasar,โ jawabnya penuh hormat. Mendengar jawaban Abu Hanifah, kakek tua itu pun langsung to the point. Memberi tahu apa maksud ia duduk menunggu di sana. As-Syaโbi mengatakan:
ูู
ุฃุนููู ุงูุฅุฎุชูุงู ุฅูู ุงูุณูู ุนููุช ุงูุฅุฎุชูุงู ุฅูู ุงูุนูู
ุงุก
Artinya, โAnak muda, saya kurang setuju melihatmu bolak-balik ke pasar, saya berharap engkau punya simpati besar kepada para ulama, mengaji dan mengabdi kepada mereka.โ
Kata-kata ini cukup membuat Abu Hanifah tercengang kaget. Sekonyong-konyong orang tak dikenal tadi menyarankannya meninggalkan dunia yang ia geluti dan senangi saat ini. Terlebih, dunia itu adalah warisan dari leluhur, dan Nuโman telah bertekad untuk menjadi seperti ayahnya.
Tak habis pikir, apa yang akan Nuโman katakan kepada orang itu. Akhirnya, dengan terbata-bata ia mengatakan, Ana qalilul ikhtilaf ila al-ulama, โBagaimana mungkin, saya ini orang pasar, tak banyak bergelut dengan orang โlangitโ semacam itu,โ jawab Abu Hanifah merendah.
Lalu, imam Amir as-Syaโbi mengungkapkan apa yang membuatnya memberi saran demikian. Ternyata, ia memiliki firasat baik tentang pemuda yang satu itu. Tampaknya, as-Syaโbi telah mampu menerawang potensi besar yang tertanam dalam diri Abu Hanifah. Ulama besar itu mengatakan:
ูุง ุชูุนู ูุนููู ุจุงููุธุฑ ูู ุงูุนูู
ูู
ุฌุงูุณุฉ ุงูุนูู
ุงุก ูุฅูู ุฃุฑู ููู ููุธุฉ ูุญุฑูุฉ
Artinya, โTolong jangan lakukan lagi! Kamu harus mulai bergelut di dunia intelektual dan banyak duduk dengan para ulama. Sebab, saya melihat potensi besar dan jiwa suci yang tumbuh dalam dirimu.โ
Setelah itu, as-Syaโbi pun berlalu. Tinggal Abu Hanifah seorang diri, terpaku, dan tertunduk. Ia masih terngiang-ngiang dengan kata-kata seorang arif yang ditemuinya tadi. Abu Hanifah mengurung niatnya ke pasar. Ia memilih kembali lantaran gejolak batinnya yang tak menentu.
Beberapa hari kemudian, ia pun akhirnya memutuskan untuk mulai membuka lembaran barunya. Sejak itulah ia menjadi seorang santri yang taat dan tekun belajar, tak pernah alpa dari pengajian para kiai di Kufah.
Suatu ketika, Abu Hanifah menceritakan kisah pertemuannya itu dengan as-Syaโbi. Di akhir cerita ia mengatakan:
ูููุน ู
ู ููุจู ู
ู ูููู ูุชุฑูุช ุงูุฅุฎุชูุงู ุฅูู ุงูุณูู ูุฃุฎุฐุช ูู ุงูุนูู
ูููุนูู ุงููู ุจูููู
Artinya, โKarena kata-kata as-Syaโbi itu, hari-hariku dirundung gelisah luar biasa. Akhirnya, dengan tulus kulepaskan dunia pasar dan mulai berkecimpung di dunia intelektual. Karena nasihat as-Syaโbi juga, Allah menyiramiku penuh manfaat,โ kata Abu Hanifah mengenang masa lalunya.
Rupanya, inilah faktor mengapa Abu Hanifah begitu cepat meninggalkan dunia lamanya, karena tak tahan dengan gundah gulana yang merundung hari-harinya.
Semoga bermanfaat. Wallahu aโlam bis shawwab.
Ustadz Ahmad Dirgahayu Hidayat, alumnus Maโhad Aly Situbondo, dan pendiri Komunitas Lingkar Ngaji Lesehan di Lombok NTB.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Meyongsong HUT RI dengan Syukur dan Karya Nyata
2
Khutbah Jumat: Menjadikan Aktivitas Bekerja sebagai Ibadah kepada Allah
3
Khutbah Jumat: Menjaga Kerukunan dan Kerja Sama Demi Kemajuan Bangsa
4
Khutbah Jumat: Dalam Sunyi dan Sepi, Allah Tetap Bersama Kita
5
Aliansi Masyarakat Pati Bersatu Tetap Gelar Aksi, Tuntut Mundur Bupati Sudewo
6
Redaktur NU Online Sampaikan Peran Strategis Media Bangun Citra Positif Lembaga Filantropi
Terkini
Lihat Semua