Sahabat Jabir Bin Abdillah, Ulama Besar Periwayat 1.000 Hadits
Selasa, 29 Oktober 2024 | 20:00 WIB
Muhamad Iqbal Akmaludin
Kolomnis
Dalam sejarah Islam, para sahabat menjadi para aktor penyebaran Islam serta hadits pasca wafatnya Rasulullah saw. Di antara ribuan sahabat, terdapat beberapa sahabat yang dikaruniai kecerdasan luar biasa oleh Allah swt, sehingga bisa menghafal dan menyebarkan hadits Nabi ke berbagai penjuru dunia Islam. Di antara Al-Mukatsirin fi Riwayat (yang paling banyak meriwayatkan hadits) adalah sahabat Jabir bin Abdillah al-Anshory (w. 78 H).
Sahabat Jabir bin Abdillah memiliki nama lengkap Abu Abdillah Jabir bin Abdillah bin ‘Amr bin Haram al-Salimi al-Khazraji al-Madini. Beliau lahir sekitar 15 tahun sebelum hijriah di kota Madinah. Ketika dilaksanakannya Bai’at Aqabah kedua antara masyarakat Yatsrib dengan Nabi Muhammad saw. Jabir menjadi peserta paling muda di antara mereka yang bersumpah setia kepada Nabi di Aqabah. Sejak saat itu, kecintaan kepada Nabi Muhammad saw dan Islam telah tertanam dalam hati Jabir, sehingga ketika Nabi hijrah ke Madinah, Jabir menjadi salah satu sahabat yang dekat dengan Nabi saw. [Adz-Dzahabi, Siyar a’lam An-Nubala, Muassasah Ar-Risalah, Cetakan ketiga, 1985 M/1985 M, Jilid 3, Hal. 189]
Menurut Imam Adz-Dzahabi, Sahabat Jabir tidak mengikuti perang badar (tahun 2 hijriah) dan perang Uhud (tahun 3 hijriah). Hal ini karena ayahnya, Abdullah bin Amr, khawatir kepadanya karena usianya yang masih sangat muda (sekitar 16 tahun). Namun Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam tarikhnya, bahwa Jabir bin Abdillah ikut menyaksikan perang Badar dalam barisan belakang sebagai pemberi air minum kepada pasukan [al-‘Asqalany, al-Ishabah fi Tamyizi As-Shahabah, Darul Kutub al’Ilmiyah – Beirut, Cetakan pertama, Tahun 1415 H, Jilid 1, Hal, 546].
Adapun dalam perang uhud, ayahnya meminta Jabir menjaga saudari-saudarinya ketika perang Uhud berkecamuk. Dalam perang tersebut, ayahnya diberikan karunia kesyahidan oleh Allah swt. Ketika mendengar kabar tersebut, Jabir mencari jenazah ayahnya ketika selesai berperang, dan menemukannya masih dalam keadaan segar. Sejak saat itu, Jabir kemudian mengganti peran ayahnya dan selalu hadir dalam jihad bersama Rasulullah saw. [Adz-Dzahabi, Siyar a’lam An-Nubala, Muassasah Ar-Risalah, Cetakan ketiga, 1985 M/1985 M, Jilid 3, Hal. 190]
Sebagai seorang pemuda yang cerdas, Jabir mengisi harinya dengan belajar kepada Rasulullah saw serta sahabat-sahabat senior, seperti Abu Bakar, Umar, Ali, Abu Ubaidah, Mu’adz bin Jabal, Zubair bin Awwam, serta sahabat-sahabat lainnya.
Keilmuan Jabir bin Abdillah sangat diakui, salah satunya beliau menjadi salah satu dari sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Menurut imam Adz-Dzahabi, hadits yang diriwayatkan oleh Jabir mencapai 1.540 hadits, di mana dari jumah tersebut terdapat sekitar 58 hadits yang masuk dalam kitab Shahihain. Dalam Mushannaf Imam Waki’ disebutkan bahwa Jabir memiliki tempat khusus di Masjid Nabawi sebagai tempat halaqah muridnya mengambi ilmu darinya. [al-‘Asqalany, al-Ishabah fi Tamyizi As-Shahabah, Darul Kutub al’Ilmiyah – Beirut, Cetakan pertama, Tahun 1415 H, Jilid 1, Hal, 546].
Di antara murid-murid yang menimba ilmu dari Jabir antara lain : Sa’id bin al-Musayyab, ‘Atha bin Abi Rabah, Salim bin Abi Ja’di, al-Hasan al-Bashri, Abu Ja’far al-Baqir, Muhammad bin a-Munkadir, Muhajid, Asy-Sya’bi, Raja’ bin Haywah. Thawus bin Kaisan, Amir bin Dinar, dan masih banyak muridnya yang lain dari kalangan tabi’in. [Adz-Dzahabi, Siyar a’lam An-Nubala, Muassasah Ar-Risalah, Cetakan ketiga, 1985 M/1985 M, Jilid 3, Hal. 189-190]
Dengan kecerdasan dan ilmunya, sejak wafatnya Ibnu Umar pada tahun 73 H, Jabir didapuk menjadi Mufti kota Madinah. Dengan otoritasnya sebagai mufti, Jabir memberikan ijtihadnya untuk kemaslahatan umat Islam, sehingga beliau mendapatkan gelar “Al-Mujtahid”.
Selain terkenal akan kecerdasan dan ilmunya, Jabir bin Abdillah pun selalu ikut serta dalam berbagai perang bersama Rasulullah saw serta berada dalam pasukan ekspedisi penaklukan wilayah pada masa khalifah Sayyidina Umar. Salah satunya adalah keikutsertaannya dalam penaklukan Damaskus di bawah komando Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan Khalid bin Walid. [Adz-Dzahabi, Siyar a’lam An-Nubala, Muassasah Ar-Risalah, Cetakan ketiga, 1985 M/1985 M, Jilid 3, Hal. 192]
Sahabat mulia ini wafat di Madinah pada tahun 78 hijriah (sebagian pendapat menyebutkan tahun 74 H), dalam usia 94 tahun. Dalam masa akhir usianya, Jabir bin Abdillah kehilangan penglihatan kedua matanya. Menurut Ibnu Atsir menyebutkan bahwa Jabir bin Abdillah merupakan ahli bai’at aqabah yang paling akhir wafat. [Ibnu Atsir, Usudul Ghabah fi Ma’rifatis Shahabah, Darul Kutub al-‘Ilmiyah - Beirut, Cetakan Pertama, 1415 H / 1994 M, Jil. 1, Hal. 492]
Muhamad Iqbal Akmaludin, Alumni Darus-Sunnah International Institute For Hadith Sciences dan UIN Jakarta
Terpopuler
1
Ustadz Maulana di PBNU: Saya Terharu dan Berasa Pulang ke Rumah
2
Kick Off Harlah Ke-102 NU Digelar di Surabaya
3
Pelantikan JATMAN 2025-2030 Digelar di Jakarta, Sehari Sebelum Puncak Harlah Ke-102 NU
4
Khutbah Jumat: Mari Menanam Amal di Bulan Rajab
5
Respons Gus Yahya soal Wacana Pendanaan Makan Bergizi Gratis Melalui Zakat
6
Puluhan Alumni Ma’had Aly Lolos Seleksi CPNS 2024
Terkini
Lihat Semua