Surat Al-Insyirah: Berbagai Kenikmatan dan Perintah Allah kepada Nabi Muhammad
Rabu, 26 Februari 2025 | 11:00 WIB
M Ryan Romadhon
Kolomnis
Surat Al-Insyirah adalah surat Makiyyah yang terdiri dari delapan ayat. Surat ini dinamakan dengan “asy-Syarh”, “al-lnsyirah” atau “Alam Nasyrah”, karena dimulai dengan kabar mengenai dilapangkan dadanya Nabi Muhammad saw, atau bersinarnya dada beliau karena petunjuk iman, dan hikmah.
Al-Insyirah ini merupakan surat ke-94 dalam urutan Mushaf yang diturunkan setelah surat ad-Dhuha. Mayoritas ulama mengklasifikasikannya ke dalam surat Makiyyah kecuali Ibnu Abbas yang mengatakannya sebagai surat Madaniyyah. Surat ini terdiri dari 8 ayat, 29 kalimat, dan 103 huruf.
Berikut ini disajikan teks, transliterasi, terjemahan, dan kutipan beberapa tafsir ulama mengenai Surat Al-Insyirah:
اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَۙ ١ وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَۙ ٢ الَّذِيْٓ اَنْقَضَ ظَهْرَكَۙ ٣ وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَۗ ٤ فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ ٥ اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ ٦ فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ ٧ وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْࣖ ٨
a lam nasyraḫ laka shadrak, wa wadla‘nâ ‘angka wizrak, alladzî angqadla dhahrak, wa rafa‘nâ laka dzikrak, fa inna ma‘al-‘usri yusrâ, inna ma‘al-‘usri yusrâ, fa idzâ faraghta fanshab, wa ilâ rabbika farghab.
Artinya: “(1) Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Nabi Muhammad), (2) meringankan beban (tugas-tugas kenabian) darimu, (3) yang memberatkan punggungmu, (4) dan meninggikan (derajat)-mu (dengan selalu) menyebut-nyebut (nama)-mu? (5) Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. (6) Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. (7) Apabila engkau telah selesai (dengan suatu kebajikan), teruslah bekerja keras (untuk kebajikan yang lain), (8) dan hanya kepada Tuhanmu berharaplah!” (QS. Al-Insyirah: 1-8)
Keutamaan Surat Al-Insyirah
Imam Al-Baidhawi dalam kitab Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil atau yang lebih terkenal dengan nama Tafsir Al-Baidhawi memaparkan keutamaan membaca surat Al-Insyirah sebagai berikut,
عن النبي صلّى الله عليه وسلم: من قرأ سورة ألم نشرح فكأنما جاءني وأنا مغتم ففرج عني
Artinya: “Dari Nabi Muhammad saw. bersabda, ‘Barangsiapa membaca surat Alam Nasyrah (Al-Insyirah), maka seakan dia mendatangiku saat keadaanku sedang bersedih, kemudian ia menyenangkanku.” (Imam Nasiruddin al-Baidhawi, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil, [Beirut, Darul Ihya': 1418 H], juz VI, hlm. 322).
Korelasi dengan Surat Sebelumnya
Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsirul Munir (Damaskus: Darul Fikr, 1991/XXX: 291) mengatakan bahwa surat ini berkaitan erat dengan surat sebelumnya, yaitu surat Adh-Dhuha, karena kecocokan keduanya dalam kalimat dan tema.
Dalam kedua surah tersebut, terdapat penyebutan rangkaian kenikmatan Allah SWT yang dikaruniakan kepada Nabi saw, dengan disertai anjuran untuk beramal dan bersyukur. Dalam surat adh-Dhuha Allah SWT berfirman,
اَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيْمًا فَاٰوٰىۖ ٦
Artinya: “Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(-mu)” (QS. Adh-Dhuha: 6)
Sedangkan dalam surat Al-Insyirah ini, ditambahkan lagi dengan firman-Nya,
اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَۙ
Artinya: “Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Nabi Muhammad),” (QS. Al-Insyirah: 1)
Oleh karena itu, sebagian ulama salaf berpendapat bahwa kedua surat tersebut adalah satu surat, tanpa harus diselingi dengan bacaan basmalah antara keduanya. Akan tetapi, pendapat yang paling benar dan mutawatir adalah bahwa keduanya merupakan dua surat meskipun erat kaitannya secara makna.
Kandungan Pokok
Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsirul Munir, halaman 291-292 mengatakan, tema utama surat ini seperti tema surat sebelumnya, yaitu berbicara tentang kepribadian Nabi saw. dan berbagai kenikmatan yang dikaruniakan kepada beliau yang patut untuk disyukuri. Surat ini mengandung empat tujuan pokok sebagai berikut:
Pertama, penyebutan nikmat Allah yang dikaruniakan kepada Nabi Muhammad saw, yaitu melapangkan dada beliau dengan hikmah dan iman, membersihkannya dari segala dosa serta mengangkat kedudukan beliau di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman,
اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَۙ ١ وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَۙ ٢ الَّذِيْٓ اَنْقَضَ ظَهْرَكَۙ ٣ وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَۗ ٤
Artinya: “(1) Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Nabi Muhammad), (2) meringankan beban (tugas-tugas kenabian) darimu, (3) yang memberatkan punggungmu, (4) dan meninggikan (derajat)-mu (dengan selalu) menyebut-nyebut (nama)-mu?” (QS. Al-Insyirah: 1-4)
Hal tersebut bertujuan untuk menghibur Rasulullah dari gangguan kaumnya yang begitu kasar di Makkah, Thaif, dan lainnya.
Kedua, Allah SWT berjanji untuk memudahkan segala sesuatu yang sulit, memberikan solusi setiap masalah, menghilangkan berbagai ujian dan bencana, serta memberi kabar gembira bahwa kemenangan terhadap musuh sudah dekat. Allah SWT berfirman,
فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ ٥ اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ ٦
Artinya: “(5) Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. (6) Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6)
Ketiga, Allah SWT memerintahkan Nabi saw. untuk senantiasa beribadah setelah menyampaikan risalah Islam kepada manusia. Hal itu merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas segala apa yang telah dikaruniakan kepada beliau. Allah SWT berfirman,
فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ ٧
Artinya: “Apabila engkau telah selesai (dengan suatu kebajikan), teruslah bekerja keras (untuk kebajikan yang lain),” (QS. Al-Insyirah: 7)
Keempat, Allah SWT memerintahkan Rasulullah, setelah selesai mengerjakan segala sesuatu, untuk bertawakal kepada Allah dan mengharap rida Allah. Allah SWT berfirman,
وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْࣖ ٨
Artinya: “…dan hanya kepada Tuhanmu berharaplah!” (QS. Al-Insyirah: 8)
Pesan dan Hukum
Merujuk Syekh Wahbah, ada beberapa pesan dan hukum yang terkandung dalam surat Al-Insyirah ini. Berikut adalah beberapa di antaranya:
Pertama, dalam surat ini disebutkan kenikmatan-kenikmatan Allah SWT yang lain, yang dianugerahkan kepada Nabi Muhammad, di samping kenikmatan-kenikmatan yang telah disebutkan di dalam surah adh-Dhuha, sebagaimana berikut:
- Pelapangan dada, yaitu dengan menjadikannya luas dan kuat untuk mengemban amanah kenabian dan kerasulan;
- Meringankan dosa dan kemaksiatan yang tergolong berat dan besar jika dikaitkan dengan kadar dan derajat beliau. Sebenarnya itu bukan merupakan dosa karena para Nabi terbebas dari dosa-dosa tersebut. Beliau tidak pernah sama sekali sujud kepada berhala dan patung. Demikian juga, beliau tidak pernah sama sekali melakukan tindakan kekufuran sebelum diangkat menjadi seorang nabi. Hal ini menunjukkan kesempurnaan akal dan ruh beliau serta terbebasnya beliau dari dosa yang timbul dari hawa nafsu karena Rasulullah maksum (terjaga) dari dosa-dosa tersebut.
- Pemuliaan nama, jiwa, dan kedudukan beliau di dunia dan akhirat, serta penyucian kedudukan beliau dari segala kekurangan. Ibnu Abbas berkata, “Allah SWT berfirman kepada Nabi saw, ‘Kamu tidak disebut melainkan disebut bersama-Ku di dalam adzan, iqamah, tasyahud, pada hari Jum'at di atas mimbar, pada hari Idul Fitri, Idul Adha, hari tasyrik, hari ‘Arafah, ketika melempar jumrah, di bukti Shafa dan Marwah, khutbah nikah dan di belahan bumi timur dan barat’. Seandainya seseorang beribadah kepada Allah, membenarkan adanya surga, neraka dan hal-hal yang lain, dan dia tidak bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah, ibadahnya tidak akan bermanfaat sedikit pun baginya, dan dia tetap dihukumi seorang kafir.
Kedua, Allah SWT menjadikan kemudahan dan rahmat bagi para hamba sebanyak dua kemudahan dalam setiap satu kesulitan. Para ulama berkata, “Sesungguhnya termasuk adat orang-orang Arab adalah jika mereka menyebutkan isim ma'rifat kemudian mengulanginya, hal itu tepat dihitung satu. Namun, jika mereka menyebutkan isim nakirah kemudian mengulanginya, hal itu adalah isim lain, yaitu dihitung dua.” Hal itu ditujukan agar menjadi lebih kuat dalam harapan dan lebih dapat membangkitkan rasa kesabaran.
Ketiga, anjuran untuk senantiasa melakukan amal saleh secara kontinu. Orang yang berakal, seharusnya tidak menyia-nyiakan waktunya dalam kemalasan dan pengangguran. Hendaknya, dia mencurahkan segala kekuatannya untuk memperoleh apa yang bermanfaat baginya di dunia dan akhirat.
Keempat, bertawakal kepada Allah dan senantiasa bermunajat kepada-Nya. Sesungguhnya Allah SWT adalah Zat yang pantas untuk dijadikan tempat bermunajat dan pahala tidak diminta melainkan dari-Nya saja. (Syekh Wahbah Zuhaili, Tafsirul Munir..., hlm. 298-300)
Dari penjelasan di atas, kita dapat memahami bahwa surat Al-Insyirah ini berfokus pada berbagai kenikmatan yang dikaruniakan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw yang patut untuk disyukuri; baik berupa pelapangan dada, maupun pemuliaan nama, jiwa, dan kedudukan beliau di dunia dan akhirat, serta penyucian kedudukan beliau dari segala kekurangan.
Selain itu, surat ini juga menyampaikan pesan penting mengenai kemudahan dan rahmat bagi para hamba Allah sebanyak dua kemudahan dalam setiap satu kesulitan, anjuran untuk senantiasa melakukan amal saleh secara kontinu, dan bertawakal kepada Allah dan senantiasa bermunajat kepada-Nya. Wallahu a’lam.
Muhammad Ryan Romadhon, Alumni Ma’had Aly Al-Iman Bulus, Purworejo, Jawa Tengah.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Nuzulul Qur’an dan Perintah Membaca
2
Khutbah Jumat: Nuzulul Qur’an dan Anjuran Memperbanyak Tadarus
3
Khutbah Jumat: Ramadhan, Bulan Turunnya Kitab Suci
4
PBNU Adakan Mudik Gratis Lebaran 2025, Berangkat 25 Maret dan Ada 39 Bus
5
Khutbah Jumat: Pengaruh Al-Qur’an dalam Kehidupan Manusia
6
Khutbah Jumat: Ramadhan, Bulan Peduli Lingkungan dan Sosial
Terkini
Lihat Semua