M Ryan Romadhon
Kolomnis
Surat At-Tin adalah surat Makiyyah yang terdiri dari delapan ayat. Surat ini dinamakan surat at-Tin karena Allah SWT bersumpah dalam permulaan surat ini dengan at-Tin dan Zaitun. Keduanya mempunyai kebaikan dan keberkahan serta kemanfaatan.
Surat At-Tin adalah surat ke-95 dalam urutan mushaf, termasuk dalam golongan surat Makiyah, terdiri dari 8 ayat, 34 kalimat dan 150 huruf. Surat ini diturunkan setelah surat al-Buruj.
Berikut ini disajikan teks, transliterasi, terjemahan, dan kutipan beberapa tafsir ulama mengenai Surat At-Tin:
وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِۙ ١ وَطُوْرِ سِيْنِيْنَۙ ٢ وَهٰذَا الْبَلَدِ الْاَمِيْنِۙ ٣ لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ ٤ ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سٰفِلِيْنَۙ ٥ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍۗ ٦ فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّيْنِۗ ٧ اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَحْكَمِ الْحٰكِمِيْنَࣖ ٨
Wat-tîni waz-zaitûn, wa thûri sînîn, wa hâdzal-baladil-amîn, laqad khalaqnal-insâna fî aḫsani taqwîm, tsumma radadnâhu asfala sâfilîn, illalladzîna âmanû wa ‘amilush-shâliḫâti fa lahum ajrun ghairu mamnûn, fa mâ yukadzdzibuka ba‘du bid-dîn, a laisallâhu bi'aḫkamil-ḫâkimîn.
Artinya: “(1) Demi (buah) tin dan (buah) zaitun, (2) demi gunung Sinai, (3) dan demi negeri (Makkah) yang aman ini, (4) sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (5) Kemudian, kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, (6) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Maka, mereka akan mendapat pahala yang tidak putus-putusnya. (7) Maka, apa alasanmu (wahai orang kafir) mendustakan hari Pembalasan setelah (adanya bukti-bukti) itu? (8) Bukankah Allah hakim yang paling adil?” (QS. At-Tin: 1-8)
Keutamaan Surat At-Tin
Imam Al-Baidhawi dalam kitab tafsirnya, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil atau yang lebih terkenal dengan nama Tafsir Al-Baidhawi memaparkan keutamaan membaca surat At-Tin sebagai berikut,
عن النبي صلّى الله عليه وسلم: من قرأ سورة والتين أعطاه الله العافية واليقين ما دام حياً، فإذا مات أعطاه الله من الأجر بعدد من قرأ هذه السورة
Artinya: "Dari Nabi saw, “Barangsiapa membaca surat Wat Tin (At-Tin), maka Allah akan memberikan kesehatan dan keyakinan selama hidupnya; dan bila ia telah mati, Allah akan memberikannya pahala sejumlah bilangan manusia yang membaca surat ini.” (Imam Nasiruddin al-Baidhawi, Anwarut Tanzil wa Asrart Ta'wil, [Beirut, Dar Al-Kutub Al-Islamiyah: 2009 M], juz III, halaman 565).
Sekelompok ulama dan Imam Malik dalam kitab al-Muwaththa'-nya meriwayatkan dari Barra' bin Azib,
كان النبي ﷺ يقرأ في سفره في إحدى الركعتين بالتين والزيتون، فما سمعت أحدا أحسن صوتا أو قراءة منه.
Artinya: “Dalam sebuah perjalanan, Rasulullah saw pernah membaca surah at-Tin dalam salah satu rakaat beliau. Saya tidak pernah mendengar seorang pun yang lebih bagus suara dan bacaannya selain dari beliau.” (Syekh Wahbah Zuhaili, at-Tafsirul Munir, [Damaskus; Darul Fikr, 1991 M], Jilid XXX, hlm. 302).
Korelasi Surat At-Tin dengan Surat Sebelumnya
Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsirul Munir-nya jilid XXX (Damaskus: Darul Fikr, 1991: 301) mengatakan, dalam surat sebelumnya (surat al-Insyirah), Allah SWT telah menyebutkan keadaan manusia paling sempurna secara fisik dan akhlak serta paling mulia di alam semesta, yakni Nabi Muhammad saw.
Kemudian, Allah SWT menyebutkan di dalam surat at-Tin ini keadaan manusia dan balasan mereka untuk jatuh dan masuk ke dalam neraka jika memusuhi Rasulullah saw atau masuk surga jika beriman kepada beliau dan beramal saleh.
Kandungan Pokok Surat At-Tin
Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsirul Munir-nya jilid XXX (Damaskus: Darul Fikr, 1991: 301-302) mengatakan, surat at-Tin ini mengandung penjelasan pokok mengenai tiga hal yang berkaitan dengan manusia dan akidahnya.
Pertama, Surat ini memuliakan spesies manusia, Allah swt menciptakan manusia dalam bentuk yang paling bagus; seimbang badannya, rata anggota tubuhnya dan bagus susunannya. Allah swt berfirman:
وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِۙ ١ وَطُوْرِ سِيْنِيْنَۙ ٢ وَهٰذَا الْبَلَدِ الْاَمِيْنِۙ ٣ لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ ٤
Artinya: “(1) Demi (buah) tin dan (buah) zaitun, (2) demi gunung Sinai, (3) dan demi negeri (Makkah) yang aman ini, (4) sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. At-Tin: 1-4)
Kedua, surat ini menjelaskan tentang penurunan manusia ke dalam neraka Jahannam karena kekufurannya kepada Allah swt dan Rasul saw, serta pengingkarannya terkait hari kebangkitan, meskipun telah terdapat banyak dalil kuat yang menjelaskan kemampuan Allah swt untuk menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna. Allah swt berfirman:
ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سٰفِلِيْنَۙ ٥
Artinya: “Kemudian, kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,” (QS. At-Tin: 5)
Akan tetapi, meski demikian, terdapat pengecualian bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Allah swt berfirman:
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍۗ ٦
Artinya: “…kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Maka, mereka akan mendapat pahala yang tidak putus-putusnya.” (QS. At-Tin: 6)
Ketiga, surat ini juga menjelaskan mengenai prinsip keadilan mutlak dalam memberi pahala bagi orang-orang Mukmin dan menyiksa orang-orang kafir. Allah swt berfirman:
فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّيْنِۗ ٧ اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَحْكَمِ الْحٰكِمِيْنَࣖ ٨
Artinya: “(7) Maka, apa alasanmu (wahai orang kafir) mendustakan hari Pembalasan setelah (adanya bukti-bukti) itu? (8) Bukankah Allah hakim yang paling adil?” (QS. At-Tin: 7-8)
Pesan dan Hukum yang Terkandung dalam Surat At-Tin
Merujuk Syekh Wahbah, ada beberapa pesan dan hukum yang terkandung dalam surat At-Tin ini. Pertama, Allah swt bersumpah dengan tiga tempat yang suci. Ketiga tempat tersebut yaitu tempat-tempat tumbuhnya buah Tin dan Zaitun yang merupakan tempat para Nabi dan turunnya wahyu, gunung Tur Sinai yang merupakan tempat Allah berbicara dengan Musa as dan Makkah.
Allah bersumpah dengan ketiga tempat tersebut bahwa Allah swt telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik. Kemudian, mengembalikan sebagian manusia ke umur yang paling jelek, yaitu masa tua setelah muda, lemah setelah kuat hingga dia kembali lagi seperti anak bayi yang baru mengarungi kehidupan.
Kedua, Allah swt telah mengecualikan orang-orang yang mengumpulkan antara iman dan amal saleh. Sesungguhnya akan dicatat kebaikan bagi mereka dan dihapuskan kejelekan-kejelekan mereka. Bagi mereka yang telah berusia tua, mereka tidak akan disiksa dengan apa yang mereka lakukan di masa tua mereka.
Ketiga, Allah swt menghina orang kafir karena tidak percaya dengan balasan setelah hari kebangkitan dan membantahnya dengan argumen yang maknanya, “Wahai manusia, jika kamu telah mengetahui bahwasanya Allah telah menciptakanmu dalam bentuk yang paling sempurna dan Dia akan mengembalikanmu kepada umur yang paling hina dan memindahkanmu dari keadaan satu ke keadaan yang lain, lantas apa yang membuatmu tetap mendustakan hari kebangkitan dan hari pembalasan, padahal kamu telah dikabari oleh Muhammad saw. tentang hal itu?”
Keempat, tidakkah Allah adalah Zat yang paling ahli dalam menciptakan segala makhluk yang telah Dia ciptakan. Allah swt adalah hakim yang paling adil dalam menghukumi dengan kebenaran dan adil terhadap seluruh makhluk-Nya? Dalam hal ini, terdapat sebuah penghargaan bagi orang kafir yang mengakui adanya Zat Pencipta yang Qadim, yaitu Allah. Itu juga merupakan ancaman bagi orang-orang kafir dan Allah akan memberi hukuman yang setimpal kepada mereka. (hlm. 310)
Dari penjelasan ini, kita dapat memahami bahwa surat At-Tin ini berfokus pada keadaan manusia, baik secara fisik maupun perbuatannya. Adapun secara fisik, Allah swt menciptakan manusia dalam bentuk yang paling bagus; seimbang badannya, rata anggota tubuhnya dan bagus susunannya.
Sedangkan keadaan manusia secara keadaannya, surat ini menjelaskan tentang penurunan manusia ke dalam neraka Jahannam karena kekufurannya kepada Allah swt dan Rasul saw, serta pengingkarannya terkait hari kebangkitan, meskipun telah terdapat banyak dalil kuat yang menjelaskan kemampuan Allah swt untuk menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna.
Selain itu, surat ini juga menjelaskan mengenai prinsip keadilan mutlak dalam memberi pahala bagi orang-orang Mukmin dan menyiksa orang-orang kafir. Wallahu a’lam.
Muhammad Ryan Romadhon, Alumni Ma’had Aly Al-Iman Bulus, Purworejo, Jawa Tengah.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Nuzulul Qur’an dan Perintah Membaca
2
Khutbah Jumat: Nuzulul Qur’an dan Anjuran Memperbanyak Tadarus
3
Khutbah Jumat: Ramadhan, Bulan Turunnya Kitab Suci
4
PBNU Adakan Mudik Gratis Lebaran 2025, Berangkat 25 Maret dan Ada 39 Bus
5
Khutbah Jumat: Pengaruh Al-Qur’an dalam Kehidupan Manusia
6
Khutbah Jumat: Ramadhan, Bulan Peduli Lingkungan dan Sosial
Terkini
Lihat Semua