Tafsir

Tafsir At-Takatsur Ayat 8: Celaan terhadap Orang yang Jadikan Dunia sebagai Prioritas Hidup

Ahad, 2 April 2023 | 05:00 WIB

Tafsir At-Takatsur Ayat 8: Celaan terhadap Orang yang Jadikan Dunia sebagai Prioritas Hidup

Ilustrasi: harta - kekayaan - rumah (freepik).

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemah dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat At-Takatsur Ayat 8: 

 

ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَئذٍ عَنِ النَّعِيْمِ 

 

Tsumma latus'alunna yauma'izin 'anin-na'im (i).

 

Artinya, "Kemudian, kamu pasti benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu)."

 

Ragam Tafsir Surat At-Takatsur Ayat 8 

Dalam ayat terakhir surat At-Takatsur ini Allah memperkuat lagi celaan-Nya terhadap orang yang menjadikan dunia sebagai prioritas hidup, dengan mengatakan bahwa sesungguhnya mereka pada hari akhirat akan ditanyai tentang kenikmatan-kenikmatan yang mereka bermegah-megahkan di dunia. 

 

Tentang siapa yang ditanya yang dimaksud dalam ayat, Imam Fakhruddin Ar-Razi (wafat 606 H) sebagaimana dikutip oleh Syekh Wahbah Az-Zuhaili (wafat 2015 H) dalam tafsirnya, At-Tafsirul Munir berkata:
 

"Yang tampak, sesungguhnya yang akan ditanya mengenai kenikmatan adalah orang-orang kafir. Dalam pendapat yang lain dikatakan bahwa hal itu umum bagi orang mukmin dan kafir."
 

Mereka yang berpendapat demikian berdalil dengan beberapa hadits. Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan dari Umar, ia berkata, "Kenikmatan apa yang akan ditanyakan kepada kita wahai Rasulullah, di mana kita telah mengeluarkan dinar dan harta?" Lantas Rasulullah saw. menjawab:

 

ظلال المساكن والأشجار والأخبية التي تقيكم من الحر والبرد، والماء البارد في اليوم الحار

 

Artinya, "Teduhan tempat tinggal, pepohonan dan tenda yang menjaga kalian dari panas dan dingin serta air dingin pada hari yang panas." (Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1418 H], juz XXX, halaman 376).

 

Kemudian terkait jenis nikmat yang ditanyakan juga bersifat umum. Berikut penjelasan Imam Ibnu Katsir (wafat 774 H):

 

أَيْ: ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنْ شُكْرِ مَا أَنْعَمَ اللَّهُ بِهِ عَلَيْكُمْ، مِنَ الصِّحَّةِ وَالْأَمْنِ وَالرِّزْقِ وَغَيْرِ ذَلِكَ. مَا إِذَا قَابَلْتُمْ بِهِ نِعَمَهُ مِنْ شُكْرِهِ وَعِبَادَتِهِ

 

Artinya, "Yakni kemudian kalian benar-benar akan dimintai pertanggungjawaban di hari itu tentang mensyukuri nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada kalian, seperti kesehatan, keamanan, rezeki, dan lain sebagainya, apakah kalian bersyukur dan beribadah kepada-Nya?." (Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, [Beirut, Darul Kitab Ilmiyah: 1419 H], juz VIII, halaman 474).
 

Berikut ini penjelasan Syekh Wahbah Az-Zuhaili secara utuh surat At-Takatsur ayat 8 ini:
 

"Kalian akan ditanya tentang kenikmatan dunia yang melalaikan kalian dari beramal akhirat. Kalian juga akan ditanya tentang macam-macam kenikmatan dunia berupa keamanan, kesehatan, waktu luang, makanan, minuman, tempat tinggal, dan kenikmatan-kenikmatan lainnya. Imam Az-Zamakhsyari berkata: "Maksud dari kalimat ( من النعيم) adalah tentang kelalaian dan kenikmatan yang menyibukkan kalian sehingga melupakan agama dan kewajiban-kewajibannya." (Az-Zuhaili, XXX/376).

 

Untuk lebih mempertegas terkait siapa dan kenikmatan apa yang akan ditanyakan di hari itu, berikut penjelasan Imam Al-Qurthubi (wafat 671 H) dalam tafsirnya, bahwa semua manusia akan ditanya. Akan tetapi pertanyaan untuk orang-orang kafir adalah celaan, karena ia tidak bersyukur. Sedangkan pertanyaan untuk orang-orang mukmin adalah pertanyaan untuk memuliakan. Sebab mereka mau bersyukur kepada Allah atas kenikmatan yang telah mereka rasakan di dunia. Adapun kenikmatan yang ditanyakan adalah seluruh nikmat. Menurut beliau, pen​​​​​​afsiran seperti  itu karena lafal yang digunakan dalam ayat berbentuk umum. (Syamsudin Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, [Mesir, Darul Kutub Al-Mishriyah: 1384 H/1964 M], juz XX, halaman 177).

 

Walhasil, pada hari Kiamat, semua manusia baik kafir ataupun muslim akan ditanya tentang​​​​​​ semua nikmat yang telah mereka rasakan di dunia. Adanya perbedaan terkait pertanyaan antara orang kafir dan muslim, pertanyaan kepada orang kafir merupakan bentuk penghinaan karena mereka tidak pernah bersyukur; sementara pertanyaan kepada kaum mukmin merupakan bentuk penghormatan karena mereka telah bersyukur atas segala nikmat yang mereka rasakan di dunia. Pertanyaan tersebut nanti akan ditanyakan pada hari penghitungan amal atau yaumul hisab. Wallahu a'lam bisshwab.

 

Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Pengajar Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo