Ahmad Hanan
Kontributor
Shalat tahajud merupakan salah satu shalat sunnah yang biasa dilakukan oleh umat Islam. Tokoh Jamiyah Nahdlatul Ulama (NU) KH R Asnawi di dalam kitab Fashalatan menyebutkan pengertian, niat, dan bacaan surat shalat ini dalam tulisan Jawa Pegon.
Berikut arti dari keterangan tersebut:
“Shalat tahajud itu melakukan shalat di waktu malam hari dan harus dikerjakan setelah tidur.
Andaikan ia melakukan shalat di waktu malam tapi belum tidur, maka tidak disebut dengan shalat tahajud meskipun ia tidur setelah maghrib dan sebelum isya’.
Akan tetapi jika ia tidur belum shalat isya’, apabila ia akan melakukan shalat tahajud, maka ia harus shalat Isya’ terlebih dahulu baru melakukan shalat tahajud.” (KH R Asnawi Kudus, Fashalatan, [Kudus: Menara Kudus], halaman 92-93).
Jadi jika melihat apa yang telah diterangkan oleh KH R Asnawi dalam kitabnya tersebut, bisa diambil kesimpulan bahwa shalat tahajud itu harus memenuhi dua unsur berikut:
- Harus tidur dulu, jika belum maka tidak dianggap sebagai shalat tahajud.
- Jika sudah tidur tapi belum shalat isya’, maka harus shalat isya’ terlebih dulu baru melaksanakan Shalat Tahajud.
Niat Shalat Tahajud
Dalam keterangan lanjutan di halaman 93 kitab Fashalatan, KH R Asnawi Kudus menjelaskan niat shalat tahajud dan ayat yang dibaca. Berikut ini adalah niat shalat tahajud:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَّهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
Baca Juga
Keutamaan Shalat Tahajud
Ushalli sunnatat tahajjudi rak’ataini lillâhi ta’âla.
Artinya, “Saya niat shalat tahajud dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
Sementara untuk surat yang dibaca menurut keterangan KH R Asnawi, di rakaat pertama membaca surat Al-Kafirun dan rakaat kedua membaca surat Al-Ikhlas. Di akhir, KH R Asnawi juga menyebutkan bahwa jumlah rakaat shalat tahajud paling sedikit dua rakaat dan paling banyak sejumlah 12 rakaat.
Doa Setelah Shalat Tahajud
Berikut ini adalah doa setelah shalat tahajud riwayat Al-Bukhari dan Muslim sebagaimana yang dikutip dalam artikel NU Online berjudul “Ini Doa Shalat Tahajud Rasulullah SAW”:
اَللهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاءُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ. اَللهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُ وَمَا اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. اَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ
Allâhumma rabbana lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta malikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haq. Wa wa‘dukal haq. Wa liqâ’uka haq. Wa qauluka haq. Wal jannatu haq. Wan nâru haq. Wan nabiyyûna haq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haq. Was sâ‘atu haq. Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a‘lantu, wa mâ anta a‘lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh.
Artinya, “Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar.
Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata. Neraka pun demikian. Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad SAW itu benar. Hari Kiamat itu benar. Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah. Hanya kepada-Mu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai.
Hanya pada-Mu dasar putusanku. Karenanya ampuni dosaku yang telah lalu dan yang terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui ketimbang aku. Engkau Yang Maha Terdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah.”
Selain itu, ada pula doa shalat tahajud dari kitab Sunan Ibnu Majah:
اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيَّامُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَالِكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ حَقٌّ، اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ الْمُقَدَّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِكَ
Allâhumma lakal hamdu Anta nûrus samâwâti wal ardli wa man fîhinna, walakal hamdu Anta qayyâmus nûrus samâwâti wal ardli wa man fîhinna, walakal hamdu Anta Mâlikus samâwâti wal ardli wa man fîhinna, walakal hamdu Antal haqqu wawa’duka haqqun waqauluka haqqun waliqâ`uka haqqun wal jannatu haqqun wannâru haqqun wassâ’atu haqqun wannabiyyûna haqqun wa Muhammadun haqqun, allâhumma laka aslamtu wabika âmantu wa ‘alaika tawakkaltu wa ilaika anabtu wabika khashamtu wa ilaika hâkamtu, faghfirlî Anta walâ ilâha ghairuka walâ haula walâ quwwata illâ bika.
Artinya, “Ya Allah, segala puji bagi-Mu, Engkaulah penerang langit dan bumi dan segala yang ada di dalamnya, dan puji bagi-Mu. Engkaulah yang menguasai langit dan bumi dan segala yang ada di dalamnya, dan segala puji bagi-Mu. Engkaulah Pemilik Surga, dan bumi dan siapa pun yang ada di dalamnya, dan puji bagi-Mu.
Engkaulah yang benar, dan janjimu benar, dan perkataanmu benar, dan bertemu denganmu adalah benar, dan surga itu benar, dan Neraka itu benar, dan Hari Kiamat itu benar, dan Para nabi itu benar, dan Muhammad itu benar. Ya Allah kepada-Mu aku berserah diri, dan kepada-Mu aku beriman, dan kepada-Mu aku bertawakal, dan kepada-Mu aku bertaubat.
Dan kepadaMu aku berselisih, dan kepadaMu aku menghakimi, maka ampunilah aku atas apa yang aku kemukakan dan apa yang aku tunda, dan apa yang aku tunda dan apa yang aku ridha. Dan sebagaimana telah Engkau nyatakan, Engkaulah yang mendahului dan Engkaulah yang kedua, tidak ada Tuhan selain Engkau, dan tidak ada Tuhan selain Engkau, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Engkau.” (Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, [Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2018], halaman 155).
Wallahu a'lam.
Ustadz Ahmad Hanan, Alumni Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama Tasywiquth Thullab Salafiyah (MA NU TBS) Kudus dan Pesantren MUS-YQ
Terpopuler
1
Arus Komunikasi di Indonesia Terdampak Badai Magnet Kuat yang Terjang Bumi
2
PBNU Nonaktifkan Pengurus di Semua Tingkatan yang Jadi Peserta Aktif Pilkada 2024
3
Pergunu: Literasi di Medsos Perlu Diimbangi Narasi Positif tentang Pesantren
4
Kopdarnas 7 AIS Nusantara Berdayakan Peran Santri di Era Digital
5
Cerita Muhammad, Santri Programmer yang Raih Beasiswa Global dari Oracle
6
BWI Kelola Wakaf untuk Bantu Realisasi Program Pemerintah
Terkini
Lihat Semua