Syariah

Tata Cara Shalat Tahajud, dari Waktu hingga Doanya

Jum, 22 Maret 2024 | 22:00 WIB

Tata Cara Shalat Tahajud, dari Waktu hingga Doanya

Ilustrasi tata cara shalat tahajud. (freepik).

Beribadah di bulan Ramadhan memiliki nikmat tersendiri. Apalagi di waktu malam kala insan tertidur pulas, lalu kita bangun menunaikan shalat tahajud. Sayangnya, banyak orang masih kebingungan dengan tata cara shalat tahajud.
 

Tata cara shalat tahajud pada umumnya serupa dengan shalat sunnah lainnya, yakni dimulai dengan takbiratul ihram beserta niatnya dan diakhiri dengan salam. Hanya saja, ada ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi.
 

Waktu Shalat Tahajud

Masuknya waktu shalat tahajud adalah setelah orang bangun dari tidurnya di waktu malam dan setelah ia melaksanakan shalat fardu isya. Berikut penjelasan Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dari mazhab Syafi’i:
 

ومن المعلوم أن التهجد لا يكون إلا بعد نوم وبعد فعل العشاء
 

Artinya, “Dan telah diketahui bahwa shalat tahajud tidak dapat dilaksanakan kecuali setelah tertidur dan setelah shalat isya.” (Sulaiman Al-Bujairomi, Hasyiyatul Bujairimi ‘ala Manhajit Thullab, [Beirut, Darul Kutub Al-‘Ilmiah: 1971 M], jilid I, halaman 365).
 

Jumlah Rakaat Shalat Tahajud

Tidak ada batasan maksimal jumlah rakaat dari shalat tahajud, boleh 2 rakaat, 4 rakaat dan seterusnya sesuai situasi dan kondisi setiap Muslim.
 

Hukum dan Keutamaan Shalat Tahajud

Hukum shalat tahajud adalah sunah karena begitu banyak dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadits Nabi yang menunjukkan keutamaan shalat ini. Ulasan lebih luas dapat dibaca dalam artikel NU Online berjudul “Tata Cara Shalat Tahajud: Niat, Rakaat, Bacaan Surat, dan Doanya”.
 

Tata Cara Shalat Tahajud

Adapun tata cara pelaksanaannya secara terperinci, sebagai berikut:

  1. Berniat shalat tahajud:

    أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

    Ushallî sunnatat tahajjudi rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ.

    Artinya, “Aku menyengaja shalat sunnah Tahajud dua rakaat karena Allah ta’ala.”
     
  2. Niat dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram.
  3. Membaca doa iftitah.
  4. Membaca surat Al-Fatihah.
  5. Membaca surat dalam Al-Quran.
  6. Ruku’.
  7. I’tidal.
  8. Sujud.
  9. Duduk diantara dua sujud.
  10. Sujud kedua.
  11.  Berdiri kembali untuk rakaat kedua.
  12. Membaca surat Al-Fatihah.
  13.  Membaca surat dalam Al-Qur’an.
  14. Ruku’.
  15. Sujud.
  16. Duduk diantara dua sujud.
  17. Sujud kedua.
  18. Tahiyat akhir.
  19. Salam.
  20. Membaca doa.


Doa Shalat Tahajud

Doa yang dibaca boleh doa apa saja. Hanya saja membaca doa yang bersumber langsung dari Nabi saw lebih utama. Berikut doanya dikutip dari artikel NU Online berjudul “Ini Doa Shalat Tahajud Rasulullah SAW”:
 

اَللهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاءُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ. اَللهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُ وَمَا اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. اَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ
 

Allâhumma rabbana lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta malikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haq. Wa wa‘dukal haq. Wa liqâ’uka haq. Wa qauluka haq. Wal jannatu haq. Wan nâru haq. Wan nabiyyûna haq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haq. Was sâ‘atu haq. Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a‘lantu, wa mâ anta a‘lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh.
 

Artinya, “Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar. Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata. Neraka pun demikian. Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad SAW itu benar. Hari Kiamat itu benar. Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah. Hanya kepada-Mu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai. Hanya pada-Mu dasar putusanku. Karenanya ampuni dosaku yang telah lalu dan yang terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui ketimbang aku. Engkau Yang Maha Terdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah.”

Wallahu a’lam.
 

 

Ustadz Muhamad Sunandar, Alumni Universitas Al-Ahgaff