Kisah Abdul Muthallib yang Sempat Bernazar Sembelih Ayah Rasulullah saw
NU Online ยท Senin, 17 Oktober 2022 | 20:30 WIB

Abdul Muthallib pernah bernazar untuk menyembelih salah satu putranya, Sayyid Abdullah, ayah Nabi Muhammad saw. (Ilustrasi: vipis.org)
M. Tatam Wijaya
Kolomnis
Abdul Muthalib yang tak lain adalah kakek Rasulullah saw pernah bernazar. Jika ia dikaruniai sepuluh orang anak dan tumbuh dewasa menjadi pelindung dirinya, maka salah satu dari mereka akan dikurbankan di samping Kaโbah. Ternyata keinginannya pun terkabul.
Allah mengaruniainya sepuluh orang anak laki-laki, yaitu: al-Harits, az-Zubair, Hajl, Dhirar, al-Muqawwim, Abu Lahab, al-โAbbas, Hamzah, Abu Thalib, dan terakhir adalah Abdullah yang merupakan anak yang paling dicintainya. (Lihat: Sirah Ibni Ishaq, jilid 1, hal. 32).
Pada suatu hari, Abdul Muthalib memanggil mereka untuk menyampaikan nazarnya. Setelah berkumpul, mereka bertanya, โLantas apa yang meski kami lakukan sekarang?โ Sang ayah menjawab, โMasing-masing dari kalian mengambil botol, lalu tulis nama kalian di dalamnya. Setelah selesai, berikan botol itu kepadaku.โ
Baca Juga
Ketika Abdul Muthalib Mengecoh Abrahah
Mereka pun menjalankannya. Botol yang telah terisi nama masing-masing pun diserahkan kepada sang ayah.
Kemudian, semua botol itu diundi. Dan ternyata nama yang keluar adalah Abdullah. Ini artinya anak yang harus dikurbankan untuk memenuhi nazar Abdul Muthalib adalah Abdullah yang kemudian hari menjadi ayah dari Rasulullah saw.
Setelah melihat undian nama yang keluar adalah Abdullah, Abdul Muthalib bergegas mengambil pisah dan bersiap untuk menyembelih putra bungsunya itu.
Namun, di saat demikian, salah seorang laki-laki Quraisy menghampiri dan berkata, โWahai Abdul Muthalib, apa yang hendak engkau lakukan?โ Dijawabnya, โAku hendak menyembelihnya.โ
Namun, laki-laki Quraisy itu mengingatkan, โDemi Allah, jangan pernah sembelih anak itu hingga engkau dimaafkan! Jika engkau melakukannya, maka orang-orang akan terus melakukan seperti ini. Sekali lagi, jangan lakukan itu. Sekarang pergilah ke Hijaz. Di sana ada seorang perempuan pintar. Tanyakan padanya. Jika ia memerintahmu menyembelihnya, lakukanlah. Namun, jika ia memerintah sesuatu yang lain kepadamu, maka itu adalah jalan keluarnya.โย
Akhirnya Abdul Muthalib bersama anak-anaknya berangkat menuju Hijaz dan menemui perempuan pintar dimaksud. Ia pun menceritakan tentang diri, anak, dan keinginan nazarnya. Si perempuan pun menyarankan agar nazar tersebut diganti dengan sepuluh ekor unta. Namun sebelumnya harus diundi lagi, apa yang keluar dari undian itu.ย
Perempuan itu menyampaikan, โJika yang keluar adalah nama Abdullah, maka tambahlah jumlah untanya sampai Tuhan kalian meridhainya. Sementara, jika yang keluar dari undian adalah unta, maka sembelihlah unta-unta tersebut. Sebab, itu tandanya Tuhan kalian sudah meridhai dan saudara kalian selamat.โ
Setelah sepakat dengan usulan itu, Abdullah berdoa kepada Allah dan bersiap kurban di hadapannya, yakni Abdullah dan sepuluh ekor unta. Kemudian diundi kembali, dan ternyata yang keluar adalah nama Abdullah. Maka 10 ekor unta ditambahkan kepadanya. Kini jumlah unta menjadi 20 ekor.
Abdul Muthalib kembali berdoa dan undian dilakukan. Dan yang keluar lagi-lagi nama Abdullah. Undian pun dilakukan hingga beberapa kali dan yang keluar masih tetap nama Abdullah. Setiap kali keluar nama Abdullah, sepuluh unta ditambahkan. Hingga yang kesepuluh kalinya, barulah yang keluar adalah nama unta. Dengan demikian jumlah unta pun menjadi 100 ekor.ย
Orang-orang Quraisy yang hadir pun berkata, โWahai Abdul Muthalib, itu pertanda bahwa Tuhanmu sudah meridhai.โ Namun, Abdul Muthalib masih belum yakin. Ia berkata, โTidak, aku akan mengulangi undian ini sampai tiga kali.โ Dan nama yang keluar adalah nama unta. (Lihat pula: Sirah Ibnu Hisyam, jilid I, halaman 153).
Akhirnya, seratus unta itu disembelih oleh Abdul Muthalib sebagai pengganti nazar kurban anaknya yang bernama Abdullah, sebagaimana yang dikisahkan oleh Ibnu Hisyam dalam Sirah-nya. Pantas Rasululullah saw pernah menyampaikan, โAku adalah putra dari dua orang yang akan dikurbankan.โ Maksudnya adalah Nabi Ismail as dan Sayyid Abdullah. (Lihat: al-Mawardi, Aโlam an-Nubuwwah, jilid I, halaman 198).
Sungguh luar biasa rencana Allah menyelamatkan hamba-Nya yang kelak menjadi ayahanda Rasulullah saw. Wallahu aโlam.
Ustadz Tatam Wijaya, alumnus Pondok Pesantren Raudhatul Hafizhiyyah Sukaraja-Sukabumi, Pengasuh Majelis Taklim โSyubbanul Muttaqinโ Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.
Terpopuler
1
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
2
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
3
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
4
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Wujud Syukur atas Kemerdekaan Indonesia ke-80, Meneladani Perjuangan Para Pahlawan
5
Prabowo Klaim Selamatkan Rp300 Triliun APBN, Peringatkan Risiko Indonesia Jadi Negara Gagal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Ngeusian Kamerdekaan ku Syukur jeung Nulad Sumanget Pahlawan
Terkini
Lihat Semua