Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 186: Kedekatan Tuhan saat Hamba-Nya Berdoa

Sab, 11 Maret 2023 | 05:00 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 186: Kedekatan Tuhan saat Hamba-Nya Berdoa

Ilustrasi: Doa (freepik).

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, sababun nuzul dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat Al-Baqarah ayat 186:
 

وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
 

Wa idzā sa'alaka ‘ibādī ‘annī fa innī qarīb, ujību da‘watad-dā‘i idzā da‘āni falyastajībū lī walyu'minū bī la‘allahum yarsyudūn.

 

Artinya: “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
 

 

Sabab Nuzul Surat Al-Baqarah Ayat 186

Syekh Nawawi Al-Bantani dalam tafsirnya menyebutkan riwayat terkait sebab turun Al-Baqarah 186. Berikut ini riwayatnya:
 

وسبب نزول هذه الأية قيل أن أعرابيا جاء إلى النبي صم فقال أقريب ربنا فندعوه سرا أم بعيد فندعوه جهرا فأنزل الله تعالى هذه الأية. وروي عن قتادة وغيره أن الصحابة قالوا كيف ندعو ربنا يا نبي الله أي أبالمناجاة أو بالمنادة فأنزل الله تعالى هذه الأية. وقال عطاء وغيره أنهم سألوا فى أي ساعة ندعوا الله فأنزل الله تعالى هذه الأية. وقال الحسن سأل أصحاب النبي صم فقالوا أين ربنا وقال ابن عباس أن يهود أهل المدينة قالوا يا محمد كيف يسمع ربك دعاء فأنزل الله تعالى هذه الأية
 

Artinya: “Sebab turun ayat ini dikatakan, suatu ketika orang Badui datang menemui Nabi Muhammad saw dan berkata: “Apakah Tuhan kita dekat, sehingga kita berdoa dengan lirih atau jauh, sehingga kita berdoa dengan lantang?”, Kemudian Allah menurunkan ayat ini.
 

Diriwayatkan dari Qatadah dan ulama lainnya bahwa sahabat pernah bertanya kepada Nabi: “Bagaimana kami berdoa kepada Tuhan kami wahai Nabi Allah? Apakah dengan berbisik atau dengan memanggil lantang?” Kemudian Allah menurunkan ayat ini.
 

Atha’ dan ulama lainnya berkata, bahwa sahabat bertanya: “Di mana Tuhan kami?” Ibnu Abbas berkata bahwa Yahudi Madinah berkata kepada Nabi Saw: “Wahai Muhammad, bagaimana Tuhanmu mendengar doa?” Kemudian Allah menurunkan ayat ini”. (Muhammad Nawawi Al-Jawi, At-Tafsirul Munir li Ma’alimit Tanzil, [Beirut, Darul Fikr], juz II, halaman 43).
 

 

Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 186

Ayat 186 surat Al-Baqarah menjelaskan dengan tegas kedekatan Allah terhadap hamba-hamba-Nya, terutama dalam mengabulkan doanya. Bahkan kedekatan Allah digambarkan lebih dekat dari urat nadi hamba-Nya. Namun, maksud dari makna dekat tersebut bukan dekat dilihat dari tempatnya, melainkan dekat dalam mendengar dan mengabulkan doa hamba-hamba-Nya.
 

Abu Hayyan dalam tafsirnya menjelaskannya sebagai berikut: 
 

والقرب المنسوب إلى الله تعالى يستحيل أن يكون قربا بالمكان, وإنما القرب هنا عبارة عن كونه تعالى سامعا لدعائه مسرعا فى إنجاح طلب من سأله, فمثل حالة تسهيله ذلك بحالة من قرب مكانه ممن يدعوه فإنه لقرب المسافة يجيب دعاءه

 

Artinya: “Maksud dekat yang dinisbatkan kepada Allah bukanlah dekat dalam segi tempat. Yang dimaksud dekat di sini ialah ungkapan Allah yang mendengar doa hamba-Nya, cepat dalam mengijabahi permintaan hamba yang meminta kepada-Nya. Perumpaan mudahnya, Allah dalam mengabulkan doa seperti orang yang dekat dari orang yang ​​​​​​berdoa kepada-Nya. Karena kedekatan jarak tersebut Allah mengabulkan doanya.” (Abu Hayyan, Al-Bahrul Muhith, [Beirut, Darul Fikr:1432 H/2010 M], juz II, halaman 205).
 

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan kisah yang bersumber dari riwayat Ahmad terkait hal ini. 
 

وقال الإمام أحمد: حدثنا عبد الوهاب بن عبد المجيد الثقفى حدثنا خالد الحذاء عن أبي عثمان النهدي عن أبي موسى الأشعري قال: كنا مع رسول الله صم فى غزاة فجعلنا لا نصعد شرفا ولا نعلو شرفا ولا نهبط واديا إلا رفعنا أصواتنا بالتكبير. قال: فدنا منا فقال: أربعوا على أنفسكم فإنكم لا تدعون أصم ولا غائبا, إنما تدعون سميعا بصيرا, إن الذي تدعون أقرب إلى أحدكم من عنق راحلته
 

Artinya, “Imam Ahmad berkata: Menceritakan kepadaku Abdul Wahab bin Abdul Majid At-Tsaqafi, menceritakan kepadaku Khalid Al-Hidza’, dari Abu Utsman An-Nahdi, dari Abu Musa Al-Asy’ari, ia berkata: “Kami pernah bersama Rasulullah saw di suatu peperangan, dan kami tidak melalui suatu jalan, bukit ataupun menaiki lembah, kecuali kami akan melantangkan suara dengan membaca takbir”. 
 

Abu Musa berkata: “Kemudian Nabi mendekat dan bersabda: ”Wahai umat manusia, lirihkanlah suara kalian. Kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tuli ataupun tidak ada. Sungguh kalian berdoa pada Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Melihat. Dzat yang kalian berdoa kepada-Nya lebih dekat kepada kalian dari leher kendaraannya”. (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil Azhim, [Riyadh, Dar Thayyibah lin Nasyri wa Tauzi’: 1999 M/ 1420 H], juz I, halaman 506). 
 

 

Makna Doa dalam Ayat

Terkait makna doa pada ayat di atas, Syekh Nawawi Al-Bantani menjelaskan adanya dua kemungkinan makna:

  1. Maksud dari doa di atas ialah taubat dari dosa yang dilakukan. Karena orang yang bertaubat dari dosa berdoa kepada Allah ketika ia bertaubat. Adapun​​​​​​​ maksud dari men​​​​​​​ga​​​​​bulkan​​​​​ doa ialah Allah men​​​​​​erima taubat seorang hamba.
  2. Maksud dari doa ialah ibadah sebagaimana sabda Nabi saw yang mengatakan: “Doa adalah ibadah”. Ini​​​​​​​ didukung oleh firman Allah dalam surat Al-Ghafir ayat 60 yang menjelaskan perintah Allah kepada hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya. Allah akan mengabulkan doanya dan​​​​​​​ memberi peringatan kepada orang-orang yang enggan beribadah kepada-Nya untuk tidak sombong dan angkuh dengan ancaman neraka Jahanam. (Al-Jawi, I/43).
 

Syekh Nawawi juga menjelaskan makna lafal “falyastajībū lī walyu'minū bī la‘allahum yarsyudūn”. Maksudnya ialah perintah tunduk, berserah diri kepada Allah dan beriman kepada-Nya dengan taat dan beribadah kepada-Nya. Sebab dengan hal tersebut seorang hamba dapat dikatakan memperoleh petunjuk untuk kemaslahatan agama dan dunianya. (Al-Jawi, I/43). Wallahu a’lam


 

Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Mahasantri Ma'had Aly Saidussidiqiyah Jakarta.