Ilmu Hadits

Living Hadits, Tradisi Tulisan dalam Realitas Kehidupan

Kam, 21 September 2023 | 18:00 WIB

Living Hadits, Tradisi Tulisan dalam Realitas Kehidupan

Living Hadits, Tradisi Tulisan dalam Realita Kehidupan

Kedudukan hadits bagi umat Islam sangat penting karena ia merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an. Hadits juga diamalkan dengan beragam bentuknya dalam realita kehidupan di tengah masyarakat. Ada yang berbentuk praktik, lisan, dan juga tulisan. Contoh tradisi tulisan yang bersumber dari hadits di tengah-tengah masyarakat misalnya adalah kaligrafi, slogan, hingga doa-doa yang bersumber dari Nabi yang ditempel di fasilitas publik atau tempat-tempat tertentu seperti masjid dan pondok pesantren.


Living hadits sebagai cabang ilmu hadits yang bersifat antropologis salah satunya meneliti bagaimana tulisan menjadi tradisi di tengah masyarakat. Lebih spesifiknya, tulisan-tulisan yang menjadi bagian dari tradisi adalah merupakan potongan-potongan dari hadits Nabi Saw. Dari sini, terdapat kesimpulan bahwa ada sunah yang hidup di satu tempat, di mana wujudnya adalah berupa tulisan-tulisan yang ditempel dan dipampang, sehingga orang-orang bisa membacanya.


Untuk memperjelas bagaimana tulisan-tulisan yang menjadi bagian dari tradisi di tengah masyarakat terinspirasi dari hadits adalah slogan seperti “Kebersihan adalah sebagian dari iman”. Slogan tersebut terkadang diwakili oleh aforisma النظافة من الإيمان, atau artinya “Kebersihan adalah bagian dari iman”. Ada kesalahpahaman di tengah masyarakat yang beranggapan bahwa slogan tersebut adalah hadits, padahal nyatanya ia terinspirasi dari hadits riwayat Imam Muslim yang lafaznya:


عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ 


Artinya: “Dari Abu Malik al-Harits al-Asy’ari, beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Kesucian adalah setengah dari iman’”. (HR Muslim).


Menurut Ibn Daqiq al- ‘Id dalam Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah hal. 84 menjelaskan, at-thuhur atau kesucian pada hadits tersebut maksudnya adalah suci secara lahir maupun batin. Dengan tulisan tersebut, orang yang membaca tulisan yang terinspirasi dari hadits diharapkan bangkit kesadarannya dalam menjaga kebersihan, baik itu kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan.


Contoh lainnya adalah doa masuk masjid dan doa keluar masjid yang ditempel di pintu masjid atau di dinding masjid. Upaya tersebut digunakan supaya orang-orang yang masuk dan keluar masjid membacanya, sehingga mereka pun mengamalkan etika dan juga sunah Nabi Saw. Doa masuk masjid yang populer adalah:


 اَللّٰهُمَّ افْتَحْ لِيْ اَبْوَابَ رَحْمَتِكَ


Artinya: “Ya Allah, bukalah untukku pintu-pintu rahmat-Mu.”


Sedang doa keluar masjid yang populer adalah:


اَللّٰهُمَّ اِنِّى اَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ


Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon keutamaan dari-Mu.”


Rupayanya tradisi tulisan berupa doa masuk dan keluar masjid yang terdapat pada masjid berakar dari hadits Nabi yang kian hari bertransformasi menjadi sebuah tradisi tulisan. Adapun hadits yang dihidupkan dan menginspirasi dalam tulisan doa tersebut adalah:


عَنْ أَبِي أُسَيْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ الْمَسْجِدَ فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ وَإِذَا خَرَجَ فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ 


Artinya: “Dari Abu Usaid, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Apabila salah seorang diantara kalian masuk masjid, bacalah doa ‘Allahummaftah li abwaba rahmatik’ (Ya Allah, bukalah pintu-pintu rahmat-Mu), kemudian apabila keluar, hendaknya ia membaca doa ‘Allahumma inni as`aluka min fadhlik’ (Ya Allah, aku meminta karunia-Mu)’”. (HR Muslim).


Selanjutnya, beberapa masjid di Indonesia biasa menempelkan tata cara barisan atau shaf shalat yang benar. Biasanya gambarnya berupa satu orang di depan, yaitu mewakili imam. Selanjutnya dua baris ke belakang, mewakili makmum. Kemudian di baris selanjutnya adalah gambaran bagaimana seharusnya membuat barisan baru dalam salat jamaah. Pesan utama dalam gambar dan tulisan berupa panduan barisan salat jamaah ini adalah untuk mendidik para jamaah agar rapi dalam berbaris. 


Panduan tersebut terinspirasi dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Lafaznya:


 عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَوُّوا صُفُوفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفِّ مِنْ تَمَامِ الصَّلَاةِ 


Artinya: “Dari Anas bin Malik dia berkata, ‘Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ‘Samakanlah shaf-shaf kalian, karena penyamaan shaf termasuk kesempurnaan shalat’.” (HR Muslim).


Selanjutnya contoh terakhir adalah doa masuk kamar mandi. Biasanya tulisan-tulisan doa masuk kamar mandi terpampang di dinding atau pintu bagian atas kamar mandi. Upaya tersebut dilakukan supaya orang yang masuk dan keluar kamar mandi terhindar dari bahaya, khususnya yang bersifat non-fisik seperti gangguan jin. Adapun doa masuk kamar mandi yang biasa dipampang di tembok misalnya adalah:


اَللّٰهُمَّ اِنّىْ اَعُوْذُبِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَآئِثِ


Artinya: “Sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan.


Tulisan doa yang masyhur dan banyak kita temukan di beberapa fasilitas publik ini sudah menjadi tradisi berbentuk tulisan yang dipampang di sekitar kamar mandi. Ada nalar hadits yang menjadi inspirasi dan hidup dalam tulisan tersebut, haditsnya adalah riwayat Imam al-Bukhari:


عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسًا يَقُولُ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْخَلَاءَ قَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ  


Artinya: “Dari ‘Abd al-‘Aziz ibn Shuhaib berkata. ‘Aku mendengar Anas berkata, ‘Adapun Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Jika masuk ke dalam kamar mandi, maka beliau berdoa: ‘Allahumma inni a’udzu bik min al-khubuts wa al-khaba’its’ (Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari jin laki-laki dan jin perempuan)’.” (HR al-Bukhari).


Idealnya, doa ini dibaca sebelum masuk kamar mandi, sebab menyebut nama Allah ketika di tempat buang hajat hukumnya adalah makruh. Di sisi lain, ada sebagian ulama yang membolehkan membacanya, dan sebagian lagi membolehkan membaca doa ketika di kamar mandi namun hanya dalam hati saja, tidak dengan suara melalui lisan.


Demikianlah penjelasan mengenai tradisi tulisan yang terinspirasi dari hadits-hadits Nabi yang hidup di tengah masyarakat. Apabila kita ingin menelisik lebih dalam lagi, sesungguhnya masyarakat kita ternyata sudah banyak mengamalkan sunah-sunah Nabi dengan beragam bentuknya, bahkan tanpa mereka sadari. Ilmu Living hadits berupaya menguak kembali nalar-nalar hadits yang ada dalam tradisi yang hidup di tengah masyarakat, kiranya dengan penjelasan tersebut masyarakat lebih semangat lagi dalam mengamalkan sunah baginda Nabi Muhammad Saw. Wallahu a’lam.


Amien Nurhakim, Musyrif Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences