Tafsir

Tafsir Surat Yasin Ayat 33: Merenungi Bumi Sebagai Tanda Kekuasaan Allah 

Kam, 6 Juni 2024 | 18:00 WIB

Tafsir Surat Yasin Ayat 33: Merenungi Bumi Sebagai Tanda Kekuasaan Allah 

Bumi tanda kekuasaan Allah. (Foto: NU Online/Freepik)

Surat Yasin ayat 33 merupakan salah satu ayat yang indah dan penuh makna, menjelaskan tentang tanda-tanda kebesaran Allah swt dan kuasa-Nya dalam membangkitkan kembali makhluk hidup. Ayat ini mengumpamakan proses menghidupkan kembali orang mati dengan proses menghidupkan kembali bumi yang tandus.


Bumi yang tandus, kering, dan tidak memiliki tumbuhan, bagaikan manusia yang telah mati. Ketika Allah menurunkan hujan ke bumi yang tandus, bumi tersebut menjadi hidup kembali. Ditumbuhi berbagai macam tanaman dengan warna dan bentuk yang indah, serta menghasilkan biji-bijian yang menjadi sumber makanan bagi manusia dan hewan. Proses ini merupakan bukti nyata bahwa Allah mampu menghidupkan kembali apa yang telah mati.


Sama seperti menghidupkan kembali bumi yang tandus, Allah juga mampu menghidupkan kembali manusia yang telah mati. Allah memiliki kuasa penuh atas segala sesuatu, dan tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Oleh karena itu, umat Islam harus meyakini adanya hari kiamat, di mana semua manusia akan dibangkitkan kembali untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka di dunia


Allah berfirman dalam Surat Yasin ayat 33;


وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الْاَرْضُ الْمَيْتَةُ ۖاَحْيَيْنٰهَا وَاَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُوْنَ


Wa āyatun lahumul-arḍul-maitah(tu), aḥyaināhā wa akhrajnā minhā ḥabban faminhu ya'kulūn(a).


Artinya: "Suatu tanda (kekuasaan-Nya) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus lalu) Kami menghidupkannya dan mengeluarkan darinya biji-bijian kemudian dari (biji-bijian) itu mereka makan."


Tafsir Munir

Syekh Wahbah Zuhaili dalam kitab Tafsir Munir, Jilid XI, halaman 23  menjelaskan bahwa surat Yasin ayat 33 menjelaskan bahwa di antara bukti nyata atas keberadaan Allah swt, keesaan-Nya, dan kekuasaan-Nya yang totalitas dalam melaksanakan ba'ts (menghidupkan makhluk yang telah mati), adalah dengan menghidupkan bumi yang gersang menjadi subur dengan tumbuh-tumbuhan hijau.  [Syekh Dr. Wahbah Zuhaili, Tafsir Munir fi al-'Aqidah wa Syariah wa al-Manhaj, Jilid XI,[Beirut: Darul Fikr al-Muashir, 1991], halaman 23]


Allah swt mengeluarkan dari tanah yang tandus biji-bijian yang menjadi komponen utama kehidupan dan makanan pokok manusia. Proses ini menunjukkan kemampuan Allah dalam menciptakan kehidupan dari sesuatu yang sebelumnya mati dan tak berdaya, memberikan bukti nyata bahwa Dia mampu menghidupkan kembali makhluk yang telah mati pada hari kebangkitan kelak.


Selain itu, penciptaan berbagai kebun seperti kebun kurma dan anggur juga merupakan bukti kebesaran Allah. Kebun-kebun ini tidak hanya menghijaukan bumi yang kering tetapi juga memberikan sumber penghidupan bagi manusia. Sumber air yang dipancarkan di kebun-kebun tersebut memungkinkan tumbuh-tumbuhan untuk berkembang dengan baik. Manusia dapat menikmati hasil dari buah-buahan yang dihasilkan oleh kebun-kebun ini, serta hasil olahan tangan mereka dari buah-buahan tersebut.


Buah-buahan dan hasil perkebunan tersebut menjadi bahan dasar untuk berbagai macam kue dan makanan. Dari biji-bijian seperti gandum dan jagung, manusia dapat membuat roti dan berbagai jenis kue lainnya. Proses ini tidak hanya menunjukkan rahmat Allah dalam menyediakan rezeki bagi manusia, tetapi juga kebijaksanaan-Nya dalam mengatur alam semesta dengan sedemikian rupa sehingga semua makhluk-Nya mendapatkan manfaat.


Semua bukti ini menegaskan keesaan dan kekuasaan Allah dalam mengatur segala sesuatu di alam semesta. Kehidupan yang dihidupkan dari tanah yang tandus, penciptaan kebun-kebun yang subur, dan hasil olahan tangan manusia dari hasil bumi semuanya adalah tanda-tanda kebesaran Allah. Dengan merenungi semua ini, manusia diharapkan dapat menyadari keberadaan dan kebesaran Allah, serta mensyukuri nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya.


أي ومن العلامات الدالة على وجود الله وقدرته على البعث وإحياء الموتى: إحياء الأرض الهامدة التي لا نبات فيها، بإنزال الماء عليها، وجعلها تموج وتهتز بالنبات المختلف الألوان والأشكال، وإخراج الحب الذي هو رزق للعباد ولأنعامهم، وهو معظم ما يؤكل، وأكثر ما تقوم به الحياة والمعاش. وكما نحيي الأرض الميتة نحيي الموتى.


Artinya: "Dan di antara tanda-tanda yang menunjukkan adanya Allah dan kekuasaan-Nya untuk membangkitkan dan menghidupkan orang mati: menghidupkan bumi yang tandus dan tidak ada tanamannya, dengan menurunkan air ke atasnya, dan membuatnya bergelombang dan bergetar dengan tumbuh-tumbuhan yang beraneka warna dan bentuk, serta mengeluarkan biji-bijian yang menjadi rezeki bagi hamba-hamba-Nya dan hewan ternak mereka, yang merupakan sebagian besar dari apa yang dimakan, dan sebagian besar dari apa yang menopang kehidupan dan penghidupan. Dan sebagaimana Kami menghidupkan bumi yang tandus, Kami juga menghidupkan orang mati."  [Syekh Dr. Wahbah Zuhaili, Tafsir Munir fi al-'Aqidah wa Syariah wa al-Manhaj, Jilid XI,[Beirut: Darul Fikr al-Muashir, 1991], halaman 23]


Tafsir Misbah

Profesor Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Misbah, Jilid XI, halaman 536 menjelaskan ayat ini mengajak kaum Musyrik Makkah untuk merenungkan fenomena alam yang ada di sekitar mereka sebagai bukti nyata dari kekuasaan Allah. Mereka diingatkan untuk memperhatikan bagaimana bumi yang mati dan tandus bisa kembali subur dan hidup setelah diturunkan hujan. [Profesor Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid XI, [Ciputat: Lentera Hati, 2002, halaman 536]


Hujan tersebut menumbuhkan berbagai jenis tumbuhan, dan dari tumbuhan-tumbuhan itulah manusia mendapatkan biji-bijian untuk dimakan. Ini menunjukkan bagaimana Allah memberikan rezeki kepada makhluk-Nya melalui alam, dan betapa pentingnya air sebagai sumber kehidupan yang mampu mengubah tanah mati menjadi ladang yang subur. Dengan demikian, ayat ini mengajak manusia untuk merenungkan kekuasaan Allah dalam menghidupkan kembali tanah yang mati dan memberikan rezeki yang melimpah melalui tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh di atasnya.


Lebih lanjut, ayat ini juga menegaskan bahwa di atas tanah yang subur tersebut, Allah telah menjadikan kebun-kebun kurma dan anggur, serta memancarkan mata air yang memberikan nutrisi bagi tanaman-tanaman itu sehingga tumbuh subur. Buah-buahan yang dihasilkan dari kebun-kebun tersebut menjadi sumber makanan bagi manusia, dan juga merupakan hasil dari usaha tangan-tangan mereka yang mengolah tanah dan merawat tanaman. 


Sejatinya, fenomena ini merupakan tanda yang jelas bahwa Allah memiliki kekuasaan untuk membangkitkan makhluk yang telah mati, sama seperti Dia menghidupkan kembali bumi yang mati. Pesan ini memberikan bukti konkret bagi orang-orang yang meragukan adanya hari kebangkitan. Sebelumnya, ayat-ayat dalam surat ini telah mengajak kaum Musyrik untuk merenungkan pengalaman sejarah sebagai bukti dari kekuasaan Allah. Sekarang, mereka diajak untuk melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya di alam sekitar. 


Tafsir Mafatih al-Ghaib

Sementara itu, Imam Fakhruddin Ar Razi dalam kitab Tafsir Mafatih al-Ghaib, Jilid XXVI, halaman 272 menjelaskan dalam Al-Qur'an yang menyebutkan bumi sebagai tanda bagi manusia. Pertanyaannya adalah mengapa Allah swt menyebut bumi sebagai tanda khusus bagi manusia? Padahal Nabi dan hamba-hamba Allah yang terpilih telah mengenal Allah sebelum bumi dan langit diciptakan?


Penjelasannya adalah bahwa tanda atau ayat diperuntukkan bagi mereka yang belum mengetahui sesuatu dengan cara yang paling jelas. Bagi Nabi dan hamba-hamba Allah yang terpilih, mereka telah mengenal Allah secara langsung, sehingga tidak memerlukan bukti lagi. Hal ini sama seperti Allah swt yang menunjukkan tanda-tanda di alam semesta dan dalam diri manusia untuk membuktikan kebenaran Al-Qur'an kepada orang-orang yang belum beriman.


Sebagaimana disebutkan dalam surah Fushshilat ayat 53:


سَنُرِيْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰفَاقِ وَفِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَقُّۗ اَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ اَنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ


Artinya: "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa (Al-Qur’an) itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"


Bumi menjadi tanda bagi manusia karena manusia hidup di atasnya dan berinteraksi dengannya. Bumi memiliki banyak sekali fenomena alam yang menakjubkan, seperti pergantian siang dan malam, pergerakan musim, dan perubahan cuaca. Fenomena-fenomena ini menunjukkan kebesaran Allah swt dan dapat menjadi pengingat bagi manusia untuk selalu bersyukur kepada-Nya. [Syekh Fakhruddin Ar Razi, Tafsir Mafatih al-Ghaib, Jilid XXVI,  [Beirut: Dar Ihya at Turats, 1429 H] halaman 272].


Kesimpulannya, bumi adalah tanda bagi manusia karena manusia hidup di atasnya dan berinteraksi dengannya. Fenomena-fenomena alam yang terjadi di bumi menunjukkan kebesaran Allah swt dan dapat menjadi pengingat bagi manusia untuk selalu bersyukur kepada-Nya.


Zainuddin Lubis, Pegiat kajian Islam Tinggal di Ciputat