Tafsir

Pengantar Surat Al-Ma'un: Spesifikasi, Asbabun Nuzul, Munasabah dan Keutamaannya

Sel, 28 November 2023 | 05:00 WIB

Surat ini populer dengan nama Al-Ma'un. Nama lain surat ini cukup banyak, yakni surat Ara'aita, Ad-Din, Al-Yatim dan At-Takdzib. Menurut mayoritas ulama surat ini termasuk surat Makiyah, diturunkan setelah surat At-Takasur, berjumlah 7 ayat, 25 kalimat, dan hurufnya berjumlah 125.
 

Di antara isi pokoknya adalah takjub atau heran dengan kondisi orang musyrik, yaitu mereka yang mendustakan hari kebangkitan, melalimi anak yatim, bakhil dengan harta yang Allah berikan kepadanya, meninggalkan shalat, dan enggan membayar zakat. (Muhammad Sayyid Thanthawi, Tafsirul Washit, [Kairo, Dar Nahdlah: 1997 M], juz XV, halaman 517).
 

Asbabun Nuzul
 

قال ابن عباس: نزلت في العاص بن وائل السّهمي وقال السّدّي: نزلت في الوليد بن المغيرة. وقيل: في أبي جهل، كان وصيا ليتيم، فجاءه عريانا يسأله من مال نفسه، فدفعه. وقال ابن جريج: نزلت في أبي سفيان، وكان ينحر في كل أسبوع جزورا، فطلب منه يتيم شيئا، فقرعه بعصاه فأنزل اللَّه هذه السورة
 

Artinya: " Ibnu Abbas berkata: "Ayat ini turun berkenaan dengan Al-Ash bin Wa'il As-Sahmi. As-Sadi berkata: "Ayat ini turun mengenai Walid bin Mughirah."
 

Ada yang mengatakan bahwa ayat ini turun mengenai Abu Jahal. Abu Jahal pernah diamanahi anak yatim, kemudian anak tersebut mendatangi Abu Jahal dalam keadaan tidak berpakaian dan meminta hartanya sendiri dari Abu Jahal. Lantas Abu Jahal menolaknya."

Ibnu Juraij berkata: "Ayat ini turun mengenai Abu Sufyan. Setiap minggu ia selalu menyembelih unta atau domba. Kemudian, ada anak yatim meminta
sebagian hasil sembelihan tersebut. Lantas dia menghardik anak yatim itu dengan tongkatnya. Kemudian Allah menurunkan ayat ini." (Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1418 H], juz XXX, halaman 419-420).


Syekh Nawawi Banten (wafat 1316 H) menyebutkan riwayat tentang asbabu nuzul surat ini berkenaan dengan Abu Jahal sebagaimana di atas, namun beliau menyebutkan kisahnya lebih panjang sebagai berikut:

Abu Jahal diamanahi anak yatim. Anak yatim tersebut mendatangi Abu Jahal dalam keadaan telanjang untuk meminta hartanya sendiri, tapi Abu Jahal menolaknya dan tidak memperdulikannya. Anak itu pun merasa putus asa.

Pembesar Quraisy yang mengetahui hal itu berkata: "Laporkan kepada Muhammad, ia akan menolongmu." Ucapkan pembesar Quraisy ini tujuan sebenarnya adalah mengolok-olok, namun anak yatim itu tidak mengetahui.

Lalu benar saja ia mendatangi Nabi saw dan meminta kepadanya untuk memintakan hartanya pada Abu Jahal. Nabi yang tidak pernah menolak permintaan orang yang membutuhkan itu pun langsung bergegas mendatangi Abu Jahal beserta anak yatim tersebut.

Sesampainya pada Abu Jahal, Abu Jahal sangat menghormati Nabi saw dan langsung memberikan harta anak yatim tersebut.

Orang-orang kafir Quraisy mengolok-olok sikap Abu Jahal: " Hai, Abu Jahal kamu telah mengikuti agamanya Muhammad."

"Tidak, aku tetep pada agama nenek moyangku", jawab Abu Jahal.

Kemudian Abu Jahal memberikan alasan kenapa ia menuruti Muhammad untuk menyerahkan harta anak yatim yang ada padanya, " Aku melihat di sisi kanan Muhammad terdapat tombak yang mengarah kepadaku, aku takut bila tidak menurutinya, tombak itu akan menusukku. (Muhammad Nawawi Al-Jawi, At-Tafsîrul Munîr li Ma’âlimit Tanzîl, [Surabaya, al-Hidayah], juz II, halaman 667).
 

 

Munasabah
 

Syekh Wahbah Az-Zuhaili (wafat 2015) dalam tafsirnya mengatakan bahwa surah ini berkaitan erat dengan surah sebelumnya dari tiga aspek.

  1. Dalam surat sebelumnya, Allah mencela orang-orang yang mengufuri nikmat-Nya, yakni orang-orang yang telah diberi makan oleh Allah. Di surat ini, Allah mencela orang-orang yang enggan memberi makan kepada kalangan fakir miskin.
  2. Dalam surat sebelumnya, Allah memerintahkan untuk beribadah hanya kepada-Nya. Dalam surat ini Allah mencela orang-orang yang lalai terhadap shalatnya, dan mereka pun melarang untuk mengerjakan shalat.
  3. Dalam surat sebelumnya Allah menghitung kenikmatan yang telah dianugerahkan kepada kaum Quraisy. Meskipun telah mendapatkan banyak kenikmatan, kaum Quraisy tetap mengingkari hari kebangkitan dan tidak mempercayai adanya balasan di akhirat. Sementara di surat ini, Allah mengancam mereka dengan siksaan karena telah mengingkari adanya balasan di akhirat kelak. (Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, juz XXX, halaman 421-422).


 

Keutamaan Surat
 

Al-Baidlawi (wafat 685 H) dalam tafsirnya menyebutkan:
 

عن النبي صلّى الله عليه وسلم: من قرأ سورة أَرَأَيْتَ غفر له إن كان للزكاة مؤديا
 

Artinya: "Dari Nabi saw: "Barangsiapa membaca surat Ara'aita maka ia akan mendapat ampunan, bila ia menyampaikan zakatnya." (Nasiruddin As-Syirazi Al-Baidhawi, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil, [Beirut, Darul Ihya': 1418 H], juz V, halaman 341). Wallahu a'lam bisshawab.
 


Ustadz Muhamad Hanif Rahman, khadim Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo