Tafsir

Tafsir Surat Az-Zalzalah Ayat 4-5: Saat Bumi Berbicara atas Perilaku Manusia

Ahad, 8 Januari 2023 | 05:00 WIB

Tafsir Surat Az-Zalzalah Ayat 4-5: Saat Bumi Berbicara atas Perilaku Manusia

Ilustrasi: Tafsir Marahul Labid karya Syekh Nawawi Banten (N​​​​​​​U On​​​​​​​lin​​​​​​​e - Ahmad Muntaha AM)

Berikut ini adalah teks, terjemahan, dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat Surat Az-Zalzalah Ayat 4-5:

 

يَوْمَىِٕذٍ تُحَدِّثُ اَخْبَارَهَاۙ (٤) بِاَنَّ رَبَّكَ اَوْحٰى لَهَاۗ (٥)


 

(4) Yaumaiżin tuhaddisu akhbārahā (5) bianna rabbaka auhā lahā.
 

 

Artinya, "(4) Pada hari itu (bumi) menyampaikan berita (tentang apa yang diperbuat manusia di atasnya), (5) karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya."

 


 


Ragam Tafsir Surat Az-Zalzalah Ayat 4-5

Terkait perkataan bumi atas kabar peristiwa yang terjadi padanya Imam Al-Quthubi (wafat 671 H) menjelasankan, dalam hal ini terdapat tiga pendapat.
 

 

وَفِي حَدِيثِهَا بِأَخْبَارِهَا ثَلَاثَةُ أَقَاوِيلَ: أَحَدُهَا- أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقْلِبُهَا حَيَوَانًا نَاطِقًا، فَتَتَكَلَّمُ بِذَلِكَ. الثَّانِي- أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُحْدِثُ فِيهَا الْكَلَامَ. الثَّالِثُ: أَنَّهُ يَكُونُ مِنْهَا بَيَانٌ يَقُومُ مَقَامَ الْكَلَامِ



Artinya, "Ada tiga pendapat terkait berbicaranya bumi dalam menyampaikan berita-beritanya. Pertama, Allah mengubahnya menjadi hewan yang dapat bicara kemudian bumi berbicara menyampaikan berita-beritanya. Kedua, Allah menciptakan perkataan (kalam) pada bumi. Ketiga, apa yang terjadi pada bumi (goncangan yang dasyat) memberikan penjelasan bahwa itu menduduki kedudukan berbicara (sekalipun tidak bicara secara langsung)". (Syamsudin Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, [Mesir, Darul Kutub al-Mishriyah: 1384 H/1964 M], juz XX, halaman 149).
 

 

Imam Fakhruddin Ar-Razi (wafat 606 H) menegaskan, yang menjadi pendapat mayoritas ulama adalah bumi dijadikan Allah menb​​​​​​jadi hewan yang berakal dan dapat berbicara.
 

 

وَالثَّانِي: وَهُوَ قَوْلُ الْجُمْهُورِ: أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يجعل الأرض حيوانا عاقلا ناطفا وَيُعَرِّفُهَا جَمِيعَ مَا عَمِلَ أَهْلُهَا فَحِينَئِذٍ تَشْهَدُ لِمَنْ أَطَاعَ وَعَلَى مَنْ عَصَى


 

Artinya, "Pendapat kedua merupakan pendapat Juhmur, yaitu Allah menjadikan bumi menjadi ​​hewan yang berakal, dapat berbicara, dan Allah memberitahukan kepada bumi segala perbuatan  yang telah diperbuat penduduk bumi di atasnya. Maka tatkala itu, bumi bersaksi untuk orang yang taat dan orang yang bermaksiat." (Fahruddin Ar-Razi, Tafsir Mafatihul Ghaib, [Beirut, Darul Ihya’: 1420 H], juz XXXI, halaman 255).
 

 

Syekh Wahbah Az-Zuhaili (wafat 2015 M) menyebutkan pendapat yang sama dengan yang telah dijelaskan di atas. Lebih lanjut beliau dalam tafsirnya menyebutkan hadits riwayat Abi Hurairah yang menyebutkan isi berita dari bumi. Berikut haditsnya:
 

 

عن أبي هريرة قال: قرأ رسول الله صلّى الله عليه وسلّم هذه الآية يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبارَها قال أتدرون ما أخبارها قالوا الله ورسوله أعلم، قال فإن أخبارها أن تشهد على كل عبد أو أمة بما عمل على ظهرها تقول عمل يوم كذا كذا وكذا فهذه أخبارها.  أخرجه التّرمذي، وقال حديث حسن صحيح


 

Artinya, Diriwayatkan dari Abi Hurairah, ia berkata: "Rasulullah saw membaca ayat, "Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya", kemudian beliau bertanya, "Tahukah kalian apa beritanya itu?" Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang mengetahuinya." Beliau bersabda, "Sesungguhnya beritanya adalah bumi akan bersaksi atas setiap hamba dan umat tentang apa yang telah dia perbuat di atas bumi. Bumi tersebut akan berbicara, "Dia melakukan ini dan itu pada hari ini dan itu. Inilah beritanya tersebut." (Hadits dikeluarkan oleh Imam At-Tirmizi, beliau menilai hadits ini hasan shahih, dan gharib).
 

 

Selain itu, Syekh Wahbah juga menyebutkan pendapat Imam Ath-Thabari (wafat 310 H) yang menyatakan bahwa ayat ini, yaitu "Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya", hanya bentuk permisalan saja.
 

 

وقال الطبري: إن هذا تمثيل، والمراد أنها تنطق بلسان الحال، لا بلسان المقال


 

Artinya, "Ath-Thabari berkata, "Sesungguhnya ini merupakan permisalan. Maksudnya adalah bumi akan berbicara dengan bahasa kondisi, bukan dengan bahasa lisan." (Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1418 H], juz XXX, halaman 361).


 

Terkait ayat kelima, berikut penjelasan Syekh Muhammad Ali As-Shabuni (wafat 2021 M):

 


بِأَنَّ رَبَّكَ أوحى لَهَا أي ذلك الإِخبار بسبب أن الله جلت عظمته أمرها بذلك، وأذن لها أن تنطق بكل ما حدث وجرى عليها، فهي تشكو العاصي وتشهد عليه، وتشكر المطيع وتثني عليه


 

Artinya, "Karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya". Yakni pen​​​​​yampaian kabar oleh bumi tersebut karena Allah memerintahkan bumi untuk demikian itu dan memberikan izin padanya untuk berkata atas segala perkara yang terjadi dan berlangsung di atasnya, maka bumi pun mengeluhkan orang yang bermaksiat dan akan bersaksi atasnya, dan bumi bersyukur kepada orang yang taat dan menyanjungnya." (Muhammad Ali As-Shabuni, Shafwatut Tafasir, [Kairo, Darus Shabuni: 1997 M/1417 H], juz III, halaman 564)..


 

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa besok pada hari Kiamat bumi dijadikan oleh Allah dapat berbicara, dan akan bersaksi atas setiap umat tentang apa yang telah dia perbuat di atas bumi. Demikian itu karena bumi diperintah dan diizinkan Allah untuk melakukannya. Ini merupakan pendapat jumhur ulama termasuk Ahlusunnah Wal Jamaah. Sekalipun demikian ada yang berpendapat bahwa bumi tidak berbicara secara langsung (lisanul maqal),  melainkan berbicara dengan bahasa kondisi (lisanul hal). Wallahu a'lam.


 

 

Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo