Tasawuf/Akhlak

Menebak Karakter Seseorang Berdasarkan Zodiak dalam Islam

Ahad, 11 September 2022 | 17:01 WIB

Menebak Karakter Seseorang Berdasarkan Zodiak dalam Islam

Apakah kita boleh memastikan karakter seseorang berdasarkan zodiaknya? (Ilustrasi: shutterstock)

Pembaca yang budiman, salah satu tren yang saat ini cukup digemari oleh anak muda khususnya anak Jaksel (istilah yang merujuk pada anak-anak Jakarta Selatan yang dikenal gaul) ialah mengidentikkan karakter seseorang berdasarkan zodiak yang dimiliki.


Tren ini kemudian berkembang luas di kalangan anak muda lainnya secara lebih umum. Di tiap tongkrongan, sering kali muncul perbincangan antar anak muda terkait hal ini. Misalkan pernyataan “wah… kamu ramah banget orangnya. Kamu pasti Libra, ya?”. Atau “Aku suka banget sama cowok itu. Dia tuh energinya positif banget. Ya maklum sih, secara dia kan Taurus”.


Nah, yang paling celaka biasanya Gemini. Orang dengan zodiak Gemini biasanya agak dikucilkan di tongkrongan karena dipercaya banyak memiliki sifat jelek seperti tidak setia dan plin-plan.


Dalam khazanah keislaman, disebutkan bahwa sesungguhnya tanggal lahir seseorang tidak mempengaruhi  karakter seseorang. Karakter dibentuk lebih oleh pendidikan yang diterima oleh orang tersebut sejak masa balita hingga ia remaja dan dewasa.


Hal terpenting yang menentukan karakter seseorang tersebut adalah pelajaran yang ia dapatkan dari orang tuanya. Khususnya Ibu yang menjadi madrasah pertama dalam kehidupan tiap manusia. Inilah mengapa Rasulullah saw. pernah bersabda:


كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ


Artinya,“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.”


Kembali ke soal zodiak. Perbincangan seputar zodiak pada awalnya bermula dari kajian ilmu astrologi, yakni ilmu yang menghubungkan gerakan benda langit seperti matahari, bulan dan bumi dengan tanggal dan bulan kelahiran seseorang. Di tahun 2015 pernah dilakukan penelitian yang menyimpulkan bahwa tanggal dan bulan lahir seseorang dapat mempengaruhi sifat-sifat dan kepribadian. Penelitian itu sendiri dilakukan dengan melakukan pengamatan pada 300 orang dari beragam latar belakang profesi.meski demikian, para mereka yang melakukan penelitian tersebut menolak bahwa temuan mereka bisa dijadikan acuan bahwa setiap orang yang lahir pada bulan-bulan tersebut memiliki karakter yang sama.


Tentang karakter seseorang, American Psuchological Association menyebutkan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan karakter seseorang. Tidak melulu soal zodiak. Faktor paling dominan ialah kebutuhan tertentu dari seorang manusia untuk kehidupannya di masa kini dan masa yang akan datang.


Imam al-Ghazali, dalam kitab Ihya Ulumuddin juz III halaman 119 menyebutkan bahwa dalam diri tiap-tiap manusia terdapat empat macam karakter yang saling mempengaruhi, yakni, Rubu’iyah (sifat ketuhanan), Syaithaniyah (kesetanan), Bahimiyah (kehewanan), dan Sabu’iyah (Kebuasan).


Mengaca pada penelitian bahwa pada prinsipnya zodiak tidak mempengaruhi karakter seseorang secara general dan pernyataan Imam al-Ghazali bahwa dalam diri manusia ada empat unsur karakter yang saling mempengaruhi antar satu sama lain, maka sikap kita sebaiknya jangan menjadikan zodiak sebagai patokan bagi kita ketika menilai karakter seseorang.


Pada dasarnya semua manusia sama saja sebegaimana yang dinyatakan oleh Imam al-Ghazali. Hal terpenting yang mesti dilakukan justru memperkuat sifat Rubu’iyah dalam diri kita.


Dikhawatirkan ketika kita men-judge karakter seseorang berdasarkan zodiaknya, apalagi kalau ternyata hasilnya yang buruk-buruk, malah akan menjatuhkan diri kita pada dosa su'uz zhan (berburuk sangka). Padahal kita tahu bahwa berburuk sangka merupakan hal yang sangat dihindari. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, juz III, halaman 155:


اعلم أن سوء الظن حرام مثل سوء القول فكما يحرم عليك أن تحدث غيرك بلسانك بمساوئ الغير فليس لك أن تحدث نفسك وتسيء الظن بأخيك ولست أعني به إلا عقد القلب وحكمه على غيره بالسوء 


Artinya, “Ketahuilah, buruk sangka diharamkan sebagaimana buruk perkataan. Sebagaimana diharamkan menceritakan keburukan orang lain dengan lisanmu, kamu juga tidak boleh menceritakan dirimu dan berburuk sangka kepada saudaramu. Yang saya maksud tidak lain adalah keyakinan dan kemantapan hati atas keburukan orang lain.”


Demikian, semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bis shawab.


Ustadz Ibnu Sahroji atau Ustadz Gaes.